Liputan6.com, Jakarta Kaum pria tampaknya begitu memperhatikan ukuran penis. Salah satunya pakar kebugaran AS Ben Greenfield ingin memiliki penis yang lebih besar. Cara yang dia pilih yakni lewat injeksi sel punca (stem cell).
Selama ini, Greenfield merasa tidak puas dengan menggunakan pil, implan, atau cara lain untuk memperbesar penis. Akhirnya dia memilih eksperimen dengan sel punca.Â
Baca Juga
Greenfield memang suka melakukan eksperimen sains. Dia bersedia untuk mencoba hampir semua hal. Sebelumnya dia pernah menjalani prosedur suntikan yang kaya plasma trombosit dan bahkan terapi gelombang suara. Semua itu dilakukan untuk peningkatan tubuh dan kesehatan yang lebih baik.
Advertisement
Greenfield adalah seorang influencer kebugaran dan seorang yang menggambarkan dirinya sebagai 'biohacker'. Sekitar lebih dari 150.000 pengikutnya setia berusaha mendorong untuk melakukan teknik eksperimental dalam memperbaiki tubuhnya.
Â
Â
Saat berbicara kepada laman Gizmodo, Greenfield menyampaikan keinginannya untuk memiliki penis yang lebih besar dan panjang.
"Saya ingin mencoba dari yang baik ke yang hebat, dan untuk mendapatkan penis yang lebih besar," katanya pada Gizmodo.
Menurut Greenfield, dia tak hanya bereksperimen dengan penisnya saja tapi terus mengeksplorasi solusi kesehatan mutakhir dan berteknologi tinggi untuk mengoptimalkan tubuh, pikiran dan jiwa.
Pada November, Greenfield meminta US Stem Cell untuk mengambil sel lemak tubuh kemudian mengisolasi sel punca. Sel punca yang dihasilkan kemudian disuntikkan langsung ke poros penisnya. Stem Cell US dikenal sebuah klinik kontroversial di Florida.
Sel punca sendiri telah efektif digunakan untuk mengobati disfungsi ereksi pada pria. Namun pengaruhnya terhadap ukuran, panjang dan ketebalan penis tidak pernah diuji sampai sekarang.
Â
Saksikan juga video menarik berikut:
Lantas bagaimana hasilnya?
"Saya belum mengeluarkan penggaris ... [tapi] ketika berada di dalam istri saya, dia bisa merasakannya" kata Gre
Prosedur memperbesar penis dengan sel induk kabarnya beresiko relatif rendah, namun tetap saja tidak disetujui, dan manfaatnya bila meningkatkan ukuran penis belum terverifikasi.
Kiki Sanford, ahli fisiologi molekuler yang juga pembawa acara The Stem Cell Podcast, mengatakan kepada Gizmodo bahwa memang dalam siaran pers menyebutkan suntikan mungkin tidak berbahaya. Namun, penelitian itu juga terlalu kecil untuk benar-benar menunjukkan apakah benar-benar dapat bekerja, bahkan pada pria dengan masalah ereksi.
"Anda tidak dapat mengatakan karena sebuah penelitian mungkin telah meningkatkan fungsi jaringan yang kurang, hal itu akan terjadi pada jaringan normal," kata Sanford.
"Tubuh tidak harus bekerja seperti itu."
Dan, katanya, biarpun prosedurnya "aman" masih ada risiko komplikasi seperti infeksi.
Advertisement