Sukses

Malaria Berbuntut Derita, Wanita Pecinta Gajah Kehilangan Dua Tangan dan Jari Kakinya

Usai menuntaskan bekerja sebagai sukarelawan di Kamboja, wanita asal Byron Bay, New South Wales, Australia menderita malaria mematikan.

Liputan6.com, Jakarta Usai menuntaskan bekerja sebagai sukarelawan di Kamboja, wanita asal Byron Bay, New South Wales, Australia menderita malaria mematikan. Kemungkinan ia akan kehilangan tangan dan semua jari kakinya.

Shelley Hill (46) baru saja pulang dari Kamboja. Pekerjaan sebagai tenaga sukarelawan di tempat perlindungan gajah sudah lama ia dambakan. Ia pun berkesempatan bekerja di sana selama seminggu.

Namun, perjalanan Shelley bukan berakhir bahagia. Empat hari usai kembali dari Kamboja, ia dilarikan ke rumah sakit akibat malaria.

"Dia mulai merasa sakit saat dia kembali. Tapi dia mengira kalau menderita giardiasis, infeksi usus halus (yang disebabkan parasit giardia lamblia)," kata teman dekat Shelley, Mel Wilson, dikutip dari 9News, Rabu (7/3/2018).

Kondisi kesehatan mental Shelley memburuk dengan cepat. Ia dirawat di unit perawatan intensif The Tweed Hospital.

Shelley menghabiskan lima hari di ranjang dalam keadaan koma. Ia mengalami kegagalan organ.

Terkena malaria paling langka

Menurut Mel, hasil pemeriksaan Shelley menunjukkan, temannya terkena salah satu jenis malaria paling langka dan paling mematikan dengan angka kematian 50 persen.

Shelley akan dipindahkan ke John Flynn Private Hospital di Gold Coast akhir pekan ini. Para ahli bedah akan segera mengoperasi tangan dan kakinya.

"Masalah utamanya sekarang adalah nekrosis (kematian sel pada jaringan tubuh). Para dokter bilang, mereka akan memberikan waktu beberapa hari lagi untuk melihat, apakah ada pemulihan ajaib. Jadwal operasi sudah keluar. Dia akan dioperasi hari Jumat mendatang," jelas Mel.

Saat operasi, dokter akan menghilangkan 10 jari kaki dan mengamputasi kedua tangan Shelley.

Saran dokter yang salah

Kondisi Shelley yang sekarat sebenarnya bermula dari saran dokter yang salah. Sebelum pergi ke Kamboja, ia diberitahu oleh dokternya kalau tidak perlu minum obat antimalaria. Hal ini dikarenakan di Kamboja sedang musim kemarau. Malaria biasa menyerang manusia pada musim hujan.

"Ujung jemarinya benar-benar hitam. Saat jari diketuk di atas meja atau semacamnya, benar-benar terdengar seperti kayu. Dia juga tidak bisa merasakan kedua tangannya lagi," ujar Mel.

Wanita pecinta gajah ini juga harus melakukan dialisis (cuci darah) setelah ginjalnya gagal berfungsi dan terkena infeksi dalam 24 jam terakhir saat masuk ke rumah sakit.

Sangat mencintai gajah

Mel menceritakan temannya adalah orang yang sangat mencintai gajah. Ia telah lama bermimpi melakukan perjalanan ke Kamboja untuk membantu gajah.

Aksi membantu gajah yang ia lakukan telah dia sebagai bagian dari Proyek Lembah Gajah di Molundiki, Kamboja timur.

"Dia selalu ingin pergi ke sana dan bekerja membantu gajah. Ya, akhirnya dia punya cukup uang untuk melakukannya. Jadi, pada bulan Januari kemarin, dia pergi ke Kamboja," tutur Mel.

Sebelum terkena malaria mematikan, Shelley sangat aktif dan bugar. Ia pergi ke gym setiap hari dan berlari di sepanjang area mercusuar di Teluk Byron.

"Ketika dia tahu tidak akan bisa berlari lagi, saya bahkan tidak bisa membayangkan, betapa kesalnya dia," lanjut Mel.

2 dari 2 halaman

Kena malaria paling langka

Menurut Mel, hasil pemeriksaan Shelley menunjukkan, temannya terkena salah satu jenis malaria paling langka dan paling mematikan dengan angka kematian 50 persen.

Shelley akan dipindahkan ke John Flynn Private Hospital di Gold Coast akhir pekan ini. Para ahli bedah akan segera mengoperasi tangan dan kakinya.

"Masalah utamanya sekarang adalah nekrosis (kematian sel pada jaringan tubuh). Para dokter bilang, mereka akan memberikan waktu beberapa hari lagi untuk melihat, apakah ada pemulihan ajaib. Jadwal operasi sudah keluar. Dia akan dioperasi hari Jumat mendatang," jelas Mel.

Saat operasi, dokter akan menghilangkan 10 jari kaki dan mengamputasi kedua tangan Shelley.