Sukses

Hemodialisis Selama 9 Tahun, Nike: Gagal Ginjal Bukan Berarti Gagal Hidup

Gagal ginjal menjadi penyakit mengerikan yang kerap mematahkan semangat hidup seseorang. Namun tidak dengan perempuan yang satu ini. Mengidap gagal ginjal kronis selama sembilan tahun, Nike masih terus berjuang bertahan hidup.

Liputan6.com, Jakarta Gagal ginjal mungkin menjadi salah satu penyakit yang sangat mengerikan. Orang dengan gagal ginjal kronis akan menjalani hemodialisis, atau yang umumnya dikenal dengan sebutan cuci darah, selama hidupnya.

Seperti yang dialami oleh salah seorang survivor gagal ginjal kronis, Nike Kurniawati namanya. Perempuan yang akrab disapa Nike ini sudah sembilan tahun mengalami gagal ginjal. Nike mengaku sebelum didiagnosis gagal ginjal, dirinya sudah mengalami masalah ginjal bocor, atau dalam bahasa kedokteran disebut sindrom nefrotik.

"Kelainan itu sudah saya bawa dari lahir. Tapi karena saya awam soal itu, jadi baru ketahuan setelah dewasa," ujar Nike, saat diwawancarai Health Liputan6.com, ditulis Jumat (9/3/2018).

Sebelum didiagnosis mengalami gagal ginjal, Nike menjalani rutinitas layaknya perempuan yang meniti karier pada umumnya. Dia sempat bekerja sebagai seorang merchandiser di salah satu perusahaan garmen. Namun, kondisi badan Nike mulai tampak berbeda. Dia mulai mengalami bengkak-bengkak di badan dan sering buang air kecil. Hingga pada akhir maret 2009, Nike didiagnosis positif mengidap gagal ginjal kronis.

"Saya sempat shock. Tapi ya bagaimana, saya harus menerima. Toh dengan gagal ginjal kan bukan berarti saya juga gagal hidup," tegas Nike.

 

Saksikan juga video berikut ini :

2 dari 3 halaman

Bulan madu di rumah sakit

Tahun 2009 mungkin menjadi momen yang membahagiakan sekaligus menyedihkan bagi Nike. Di bulan yang sama, pada 8 Maret 2009, Nike menikah dengan seorang pria yang umurnya 3 tahun lebih muda dari dirinya. Tak lama setelah itu, tepatnya dua minggu setelahnya, Nike harus terbaring di rumah sakit karena didiagnosis mengalami gagal ginjal kronis.

"Akhirnya ya mau nggak mau honeymoon di rumah sakit sama suami," kenang Nike sambil tertawa.

Meski demikian, Nike merasa amat bersyukur karena suaminya sangat mengerti akan apa yang dideritanya. Perempuan kelahiran Jakarta 39 tahun silam ini mengaku suaminya selalu mendampingi pengobatannya.

"Alhamdulillah suami saya mengerti, dan dia yang mendampingi dan menyemangati saya," ungkap Nike.

Tak hanya itu, karena biaya hemodialisis yang mahal, pada saat itu Nike harus menjual sebagian besar barang yang dimilikinya untuk biaya pengobatan, termasuk emas kawin yang digunakannya.

"Pokoknya delapan bulan pertama, saya benar-benar habis," kata Nike.

 

3 dari 3 halaman

Bangkit dan bertahan setelah koma

Ketika menyadari dirinya mengalami gagal ginjal, Nike sempat mengalami depresi berat. Gagal ginjal datang tanpa permisi. Nike mengatakan dirinya sempat koma karena tidak melakukan hemodialisis selama seminggu.

"Saat itu saya masih tidak percaya harus bergantung pada alat hemodialisis. Jadi saya koma. Tapi setelah itu, saya lalu mulai bangkit," jelas Nike.

Saat mulai bangkit, Nike, dengan dibantu suaminya, mencari komunitas yang berisi orang-orang dengan gagal ginjal. Berdasarkan informasi yang didapatnya dari Rumah Sakit Persahaban, tempat Nike menjalani perawatan, komunitas itu pun ditemukannya. Mulai tahun 2012, Ia bergabung dengan IKCC (Indonesia Kidney Care Club).

"Dari situ saya mulai bisa berkegiatan kembali. Alhamdulillah saya masih bisa bertahan sampai sekarang," ungkap Nike.

Hingga kini, Nike masih menjalani hemodialisis setiap dua minggu sekali. Dia mengaku sosok yang membuatnya dapat bertahan adalah suami dan keluarganya.

"Karena merekalah saya bisa bertahan sampai sekarang," tutup Nike.

Â