Liputan6.com, Jakarta Bahasa isyarat di Indonesia sudah mulai dipahami oleh sebagian besar masyarakat. Ini diungkapkan oleh Annisa Rahmania dari Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia, ditemui Health Liputan6.com di sela acara "Perempuan Disabilitas Mengubah Dunia" di Jakarta, Kamis (8/3)
Perempuan yang kerap disapa Nia ini menjelaskan lewat penerjemahnya Fafa, masyarakat sedikit demi sedikit mulai paham tentang bahasa isyarat.
Baca Juga
Masalah Disabilitas di Kota Malang, Minim Infrastruktur Pendukung sampai Beda Data
Relawan Kita Pendukung Ridwan Kamil Maju di Pilgub Jakarta 2024, Ingatkan Pentingnya Pelibatan Disabilitas
Pastikan Hak Politik Penyandang Disabilitas Terjamin di Pilkada 2024, KPU DKI Jakarta Mutakhirkan Data Pemilih
Salah satu yang cukup diapresiasi Nia yakni adanya bahasa isyarat di berita televisi. Namun menurut Nia, waktunya masih kurang pas.
Advertisement
"Kadang terlalu siang atau terlalu sore, di waktu orang bekerja atau sekolah," kata Nia melalui penerjemahnya.
Selain itu, Nia juga mengatakan ukuran kotak bahasa isyaratnya juga terlalu kecil.
"Orang mungkin malas melihat kalau harus lihat dari dekat, mungkin harus dibesarkan dengan perbandingan 1 banding 6," kata Nia yang juga aktif di bagian kepemudaan Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia itu soal bahasa isyarat.
Â
Saksikan juga video berikut ini:
* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Tak Ingin Disebut Tunarungu
Sebagai seorang tuli, Nia ingin agar orang-orang tuli bisa dilibatkan untuk sektor-sektor di kementerian.
"Kalau tidak ada tuli di kementerian, pasti akan menghambat kebijakan yang berpihak pada komunitas tuli," jelas Nia lewat bahasa isyarat.
Selain itu, Nia juga ingin masyarakat membuka hati terhadap orang-orang tuli.
"Kalau sudah buka hati, maka akan membuka mata, membuka pendengaran. Kalau tidak hanya akan cuek," jelas Nia.
Selain itu, Nia ingin agar mereka yang tuli tetap dipanggil tuli, bukan tunarungu.
Menurutnya tunarungu adalah sebuah istilah medis yang merendahkan. Namun, kata tuli bagi Nia adalah sebuah kebanggaan.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Advertisement