Sukses

Antara Karier dan Keluarga, 4 Peneliti Perempuan Indonesia Bagi Cerita

Ketika peneliti perempuan menjadi peneliti sekaligus istri dan ibu tentu menjadi tantangan tersendiri.

Liputan6.com, Jakarta Hari Perempuan Internasional diadakan sebagai bentuk perayaan atas pencapaian dan prestasi para perempuan di berbagai bidang. Termasuk di bidang sains. Empat peneliti perempuan dari Indonesia ini menjadi bukti nyata, prestasi mereka memang layak dirayakan.

Peneliti memiliki banyak tanggung jawab, mulai dari menempuh studi, melakukan penelitian, menulis hasil penelitian. Belum lagi perlu juga menulis rencena penelitian untuk mendapatkan dana. Namun bagi peneliti perempuan, terlebih yang sudah berkeluarga tantangan menjalani kehidupan meningkat.

Simak kisah empat srikandi perempuan yang merupakan peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang membagi waktu sebagai peneliti dan istri serta ibu tepat di Hari Perempuan Internasional yang jatuh 8 Maret 2018.

1. Asah kemampuan untuk bagi waktu - Enny Sudarmonowati

Bagi wanita yang menjabat sebagai Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI ini merasa sejak awal perempuan memiliki kemampuan multitasking. Namun, ketika menjadi peneliti harus kembali mengasah agar pintar membagi waktu antara sebagai wanita karier dan keluarga.

 

Ketika ada pekerjaan atau perlu menulis penelitian atau presentasi, perempuan yang meraih penghargaan 100 Best Woman Researchers dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ini rela mengurangi waktu tidurnya.

"Sesampai saya di rumah, bersama keluarga terlebih dahulu. Lalu nanti tidur sebentar sekitar dua jam. Lalu bangun tidur untuk mengerjakan atau menulis penelitian atau presentasi atau pekerjaan lainnya. Kalau tengah malam begitu kan tidak merusak waktu dengan keluarga," tutur Enny.

 

2 dari 4 halaman

Menyeimbangkan karier dan keluarga itu tantangan

2. Menyeimbangkan karir dan keluarga itu tantangan - Siti Nurul Aisyiyah

Ais, begitu peneliti kimia LIPI ini disapa ini merasakan betul perbedaan tantangan saat studi kala sudah berkeluarga atau belum.

"Apalagi saat perjuangan raih PhD itu saya mau nangis kalau cerita," tutur ibu dua anak ini.

"Memang ada challange tersendiri bagi peneliti, apalagi peneliti perempuan, apalagi sudah berkeluarga dan menjadi ibu. Untuk bisa menyeimbangkan antara karier dan keluarga itu benar-benar tantangan tersendiri," cerita peraih L’oreal – Unesco for Women in Science National Fellowship Awards 2017 ini.

3 dari 4 halaman

Tantangan meningkat saat jadi ibu

3. Tantangan setelah memiliki anak - Yuliati Herbani

Peneliti yang tengah mengembangkan terapi kanker dari kunyit ini mendapatkan tantangan lebih besar ketika sudah memiliki anak. Dia harus pintar-pintar membagi waktu antara penelitian dan keluarga.

Apalagi, perempuan yang mengenyam pendidikan tingkat dokter di Jepang ini merasa cuti melahirkan di Indonesia terlalu sebentar. Dia pun menginginkan regulasi yang lebih bijak bagi peneliti yang juga ibu. Misalnya, bisa cuti lebih lama tapi tetap diberi kesempatan bekerja dari rumah atau mengerjakan proyek tertentu.

Komunikasi dengan pasangan, kata Yuli, juga kunci keberhasilan seorang perempuan bekerja. "Suami saya juga bekerja, jadi lebih ke komunikasi di awal. Cek jadwal, bisa anterin anak ke daycare enggak, atau bisa enggak jemput anak pas saya enggak bisa," ceritanya .

4 dari 4 halaman

Komunikasi dengan suami itu kunci

4. Komunikasi dengan suami itu kunci - Sri Rahayu

Peneliti yang berhasil menemukan tanaman begonia jenis baru ini sadar betul bakal ada tantangan besar ketika dirinya memilih menjadi peneliti. Namun, perempuan yang akrab disapa Yayuk ini ingat kalimat penyemangat yang jadi sumber motivasinya.

"Saya ingat kata-kata bahwa 'Jadikan tantangan sebagai peluang', bukan dibalik," kata Yayuk.

Selain itu, dia bekerja sebagai peneliti juga bukan karena ingin memiliki karier tinggi melainkan mengembangkan ilmu pengetahuan. Bagi perempuan yang jadi peneliti di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun LIPI ini mengembangkan ilmu pengetahuan itu adalah hal mulia.

"Selain itu, saya beruntung menikah dengan pria yang paham dengan pekerjaan saya. Karena saat sudah berkeluarga, yang penting manajamen waktu dengan suami," pesannya.