Sukses

Selipkan Bawang Merah di Kaki Bisa Serap Racun, Fakta atau Mitos Belaka?

Tidur dengan menyelipkan bawang merah ke dalam kaus kaki dipercaya bisa menyerap racun dari dalam darah melalui telapak kaki.

Liputan6.com, Jakarta Tidur dengan menyelipkan bawang merah ke dalam kaus kaki dipercaya bisa menyerap racun dari dalam darah melalui telapak kaki. Bahkan cara ini kabarnya mampu meredakan flu dan demam. Apakah cara ini terbukti efektif atau hanya mitos kesehatan belaka?

Mengutip laman Footfiles, Senin (12/3/2018), para peneliti tak menyangkal jika bawang memberi manfaat besar bagi kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah seimbang. Secara nutrisi, bawang kaya akan serat, potassium, mangan, serta vitamin C dan B-6.

Laman WebMD juga menulis, mengonsumsi bawang maupun suplemen bawang cocok untuk membantu mengatasi masalah sirkulasi darah, diuresis (produksi urine berlebih), serta masalah pencernaan dan jantung.

Akan tetapi, tetap ada individu yang percaya bahwa bawang merah akan memberi manfaat lebih besar bukan dengan cara dikonsumsi. Kepercayaan ini telah ada sejak lama. Berdasarkan penelusuran The National Onion Association, mitos mengenai dampak penyembuhan yang dimiliki bawang telah ada sejak tahun 1500. Diawali dari kebiasaan meletakkan irisan bawang mentah di ruangan untuk melindungi diri dari wabah pes.

Jauh sebelum kuman diteliti, banyak orang yang percaya bahwa penyakit menular disebarkan oleh miasma atau udara berbahaya. Teori tersebut kemudian dipatahkan pada 1800 oleh teori mengenai kuman. Meski begitu, mitos tentang manfaat bawang yang ditempelkan ke telapak kaki tetap beredar hingga kini.

Malah sekarang, meletakkan bawang merah di telapak kaki dikaitkan dengan pengobatan tradisional Tiongkok yang menekankan pada titik meridian tubuh. Konon, menempelkan bawang di telapak kaki membantu membuka beberapa titik meridian sehingga racun-racun dan bakteri dari penyakit bisa keluar. 

 

Saksikan juga video berikut ini:

 

2 dari 2 halaman

Bawang Merah Lebih Bermanfaat jika Dikonsumsi

Teori tentang bawang merah itu lebih banyak digunakan dalam pengobatan alternatif. Secara medis, sampai saat ini belum ada bukti nyata bawang merah punya kemampuan untuk mengenyahkan infeksi dari tubuh dan menyembuhkan demam, pilek, serta flu yang bukan dengan cara dikonsumsi.

"Faktanya, bawang tidak rentan terhadap kontaminasi bakteri. Bahkan sebaliknya, bawang mengandung senyawa sulfur yang bersifat antibakteri. Lebih jauh, mengiris bawang akan memicu pelepasan enzim-enzim yang reaksi kimiawinya menghasilkan asam propenesulfenic yang kemudian terurai menjadi asam sulfat," jelas Direktur Office for Science and Society McGill University, Joe Schwarcz pada 2012 lalu, mengutip laman SF Globe.

"Asam sulfat juga menghambat perkembangan bakteri. Selain itu, permukaan irisan bawang cepat mengering, mengurangi kelembapan yang diperlukan untuk bakteri berkembang biak. Dan tentunya sebelum berkembang biak, perlu ada sumber bakteri terlebih dulu, bukan? Dari mana datangnya bakteri-bakteri itu? Bakteri tidak secara spontan berkembang biak. Harus ada permulaannya. Talenan dan tangan yang kotor bisa jadi sumber bakteri, tapi bakteri yang membuat makanan busuk tidak menyebar di udara, perlu ada kontak," Schwarcz melanjutkan.

Schwarcz juga menekankan, bawang akan memberikan manfaat kesehatan ketika dikonsumsi. Hal itu diperkuat pula oleh pernyataan Dr Ruth McDonald, profesor dari Department of Food Science & Human Nutrition di Iowa State University.

"Tidak, bawang tidak menyerap bakteri. Gagasan bahwa sayuran bisa menyerap bakteri dari udara bahkan tak logis. Warna bawang berubah menjadi hitam karena pada akhirnya membusuk dari proses-proses hancurnya sel serta kontaminasi bakteri jika Anda membiarkannya di udara terbuka. Bukan karena bawang menyerap kuman. Mengonsumsi bawang justru memberi asupan antioksidan yang bisa memberi manfaat kesehatan. Tapi hal itu tak bisa mencegah atau menyembuhkan penyakit," ujarnya.