Sukses

5 Kegalauan Orangtua Baru di Bulan Pertama, Waspadai

Kehadiran bayi cantik atau bayi ganteng di rumah, tentu membawa kebahagiaan luar biasa. Namun, ada beberapa proses adaptasi yang kadang membuat suami dan istri kerap berbeda pendapat. Simak beritanya.

 

Liputan6.com, Jakarta Kehadiran sang buah hati di rumah menjadi suatu hal yang sangat didambakan oleh orangtua baru. Rasa bahagia, bangga, khawatir, terharu dan galau bercampur jadi satu.

Belum lagi soal perbedaan pendapat yang sering melanda orangtua baru. Ya, suami istri yang baru saja dikaruniai anak membutuhkan adaptasi. Tak jarang, momen ini memicu pertengkaran yang seharusnya tidak perlu.

Kelelahan fisik dan psikis dari ibu setelah persalinan membuat emosinya tidak stabil. Ayah baru juga mengalami kebingungan harus membantu apa untuk mengurus si kecil.

Namun, di balik kegalauan selalu ada kebahagiaan. Adaptasi itu lika-liku seru yang harus dilewati para orang tua baru.

Menurut dr. Resthie Rachmanta Putri. M.Epid, sekurangnya ada 5 gangguan yang akan dilalui pasangan yang baru menikmati jadi orangtua. Seperti dikutip dari KlikDokter, Selasa (13/3/2018).

1. Baby blues

Ini merupakan gangguan suasana hati (mood) yang paling sering dialami oleh orang tua baru, khususnya ibu. Salah satu studi menyebutkan bahwa lebih dari 50 persen ibu yang baru saja melahirkan pernah merasakan baby blues.

Hal ini ditandai dengan perasaan sedih dan lelah yang sulit dijelaskan penyebabnya. Kondisi ini juga membuat ibu menjadi lebih sensitif dan mudah marah.

Salah satu penyebab baby blues adalah karena ibu masih belum siap mental menjalani perannya yang baru. Anda yang mungkin sebelumnya hanya merawat diri dan suami saja, sekarang juga harus bertanggung jawab penuh dalam mengasuh dan merawat bayi.

Meski baby blues lebih sering dialami ibu, ada juga Ayah yang mengalaminya. Gangguan ini biasanya terjadi pada 1-2 minggu pertama setelah kelahiran si buah hati.

 

Simak juga video menarik berikut:

 

2 dari 3 halaman

2. Depresi postpartum

Bila baby blues tak teratasi, gangguan lebih berat yang bisa terjadi selanjutnya adalah depresi postpartum. Selain terlihat sedih, pada kondisi ini ibu juga enggan melakukan aktivitas sehari-hari, terlihat sangat lelah, dan tidak ingin merawat bayinya.

Sebagian ibu yang mengalami depresi postpartum memilih untuk mengurung diri di kamar dan tak ingin melihat bayinya. Bila depresi yang dialami cukup berat, kadang timbul keinginan ibu untuk bunuh diri. Gangguan ini berlangsung setidaknya selama 2 minggu. Bila dibiarkan, bisa terjadi hingga berbulan-bulan.

3. Psikosis postpartum

Gangguan kejiwaan setelah melahirkan yang ditandai dengan adanya waham atau halusinasi. Waham merupakan suatu keyakinan yang salah, tetapi benar-benar dihayati oleh penderitanya.

Misalnya ibu meyakini kalau anaknya adalah jelmaan iblis, sehingga ia ingin membunuh anaknya.

Sementara itu, halusinasi merupakan perpepsi palsu dari panca indera. Misalnya ibu mendengar suara-suara yang membisikinya, padahal sebenarnya tidak ada orang yang berbisik. Kondisi ini berbahaya dan butuh penanganan segera oleh psikiater.

 

3 dari 3 halaman

4. Gangguan cemas

Hak ini bisa dialami oleh orang tua baru menjelang bayinya akan lahir. Secara normal memang bisa terjadi rasa cemas dalam menyambut dan merawat bayi. Namun yang dimaksud gangguan cemas adalah kecemasan berlebihan dan tidak rasional yang mengganggu kehidupan sehari-hari.

Kecemasan ini terkait masalah proses persalinan, cara membesarkan bayi, cara menyusui, dan masih banyak lagi. Rasa cemas berlebihan ini menimbulkan keluhan berdebar-debar, pegal dan kaku di tengkuk, sulit tidur, dan gangguan dalam berkonsentrasi.

5. Stres pasca trauma

Bila proses persalinan berjalan sulit dan tidak sesuai yang direncanakan, misalnya saja ibu merasakan sakit perut tak tertahankan dalam waktu yang sangat lama atau proses persalinan harus dibantu alat bantu yang besar (forsep), stres pasca trauma bisa terjadi.

Gangguan ini bisa terjadi bila proses persalinan dianggap sebagai sesuatu yang traumatis dan menakutkan bagi ibu. Gejalanya berupa terbayang-bayang terus dengan proses persalinan tersebut, mimpiburuk, rasa takut setiap kali melihat dokter atau rumah sakit, dan ibu terus berusaha menghindari kejadian atau benda yang dapat mengingatkannya akan kejadian persalinan yang lalu.

Â