Liputan6.com, Jakarta Gadis ini datang menemui saya dari Medan. Tubuhnya gempal, tinggi besar, dengan kulit sawo matang. “Saya mau langsing,” ujarnya dengan malu-malu. Sebutlah namanya Tifa, mahasiswa tahun ketiga. Tifa kelebihan 40-an kilogram berat badan.
Baca Juga
Dia hampir putus asa, karena sudah pernah berusaha langsing sampai ke Malaka dan Singapura, tapi nyaris tidak ada perubahan.“Ibaratnya minum saja bikin saya gendut,” kata Tifa dengan senyum kecut. Sudah beberapa bulan ia hanya mengonsumsi tahu dan sayur dikukus. “Tapi berat badannya tetap saja, tidak ada perubahan,” ujar sang ibu yang mendampinginya.
Advertisement
Akibatnya timbul perasaan tidak percaya diri pada Tifa. Walaupun otaknya cemerlang, prestasi akademiknya sangat bagus, ia tetap merasa tidak berharga memiliki berat badan berlebih. Mau pacaran pun merasa tidak layak. “Siapa yang mau sama cewek gendut, cewek langsing saja banyak yang tidak laku,” ungkapnya getir.
Suatu hari ada famili yang menyarankan hipnoterapi, karena yang bersangkutan pernah membaca bahwa kegendutan besar kemungkinan disebabkan oleh masalah pikiran. Dan benar, demikianlah kenyataannya.
Program Ayah
Menggunakan teknik tertentu dalam hipnoterapi, pikiran bawah sadar Tifa memunculkan data pada saat balita. Ayah yang selalu menimang dan bermain bersamanya ternyata menanamkan program tertentu sejak Tifa mulai belajar makan sendiri. “Makan yang banyak biar pintar,” merupakan kalimat yang setiap hari secara rutin diucapkan oleh ayahnya.
Kadang ia juga mendengar ayahnya berkata, “Badan kurus itu tanda cacingan.” Sementara banyak orang yang melihat Tifa kecil sering berkomentar, “Iiih…. Gendut… lucu…,” sambil mengelus pipi atau lengannya. Semua kalimat itu menjadi program di pikiran bawah sadar Tifa.
Sebagai anak kecil ia hanya bisa tunduk dan patuh terhadap orangtua. Ketika ayahnya berkata makan banyak, maka pikiran bawah sadarnya merekam dan menjalaninya. Dan Tifa ingin jadi anak pintar, maka dia ikuti petunjuk ayahnya dengan makan banyak. Selama program pikiran ini ada, Tifa akan terus gendut. Apalagi makan banyak juga mendatangkan perhatian.
Pengalaman yang menyenangkan akan cenderung diulangi dan terus diulangi. Jadi kata makan itu terhubung dengan pintar, gendut dan lucu. Sampai dewasa pikiran bawah sadar Tifa terus akif mewujudkan perintah ayahnya. Walaupun pikiran sadarnya ingin langsing, namun tidak akan pernah mampu melawan program pikiran bawah sadar yang kekuatannya 9x lipat dibanding pikiran sadar.
Dengan demikian makanan apa pun dalam jumlah berapa pun, akan diserap semuanya supaya Tifa bisa menjalankan perintah ayah: makan banyak biar pintar. Apalagi kalau gendut membuatnya lucu dan mendapatkan perhatian. Bandingkan dengan kurus itu cacingan; Tifa tidak mau.
Singkat kata, program pikiran seperti itulah yang membuat Tifa tidak pernah bisa langsing. Selain membantu klien menemukan akar masalahnya, hipnoterapi juga membantu Tifa meraih impiannya dengan membuang program-program pikiran atau emosi yang menghalanginya.
Advertisement
Catatan
Pelajaran apa yang dapat kita petik dari pengalaman Tifa?
• Kita tidak dapat meraih impian selama di pikiran bawah sadar ada bagian diri yang tidak mendukung. Impian Tifa untuk langsing selalu gagal karena ada hambatan mental di pikiran bawah sadarnya.
• Orangtua sebagai figur otoritas hendaknya berhati-hati saat berbicara kepada anak. Kata “makan banyak biar pintar” dimaknai oleh anak bahwa untuk pintar harus makan banyak, karena mau pintar maka harus makan banyak.
• Bandingkan bila orangtua berkata, “Kamu anak Mama/Papa yang pintar, kamu makan teratur, makan sesuai kebutuhan tubuh, kamu makan apa saja yang membuatmu sehat dan cerdas.”