Sukses

Penyebab Jantung Bocor yang Diderita Nenek 79 Tahun, Karena Ditinggal Suami?

Selain karena usia, salah satu penyebab jantung bocor adalah tekanan psikologis. Itulah yang dialami Oma Marilisih, perempuan usia 79 tahun

 

Liputan6.com, Jakarta Jantung bocor bisa mengancam siapa saja. Penyakit kebocoran katup atau sekat jantung ini dialami oleh seorang perempuan berumur 79 tahun yang bernama Marilisih. Sebelum didiagnosa, Marilisih mengaku dirinya mengalami tekanan psikologis akibat ditinggal sang suami.

Menanggapi hal tersebut, Pakar Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah dari Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Dr. Siska Suridanda Danny, SpJP, mengatakan faktor psikologis tidak berdampak langsung pada jantung bocor.

"Tetapi bisa saja gejala yang awalnya tidak dirasakan, karena kondisi psikologis yang tertekan, sangat mengganggu," kata Siska, saat diwawancarai Health Liputan6.com, Rabu (28/3/2018).

Siska mengungkapkan penyebab jantung bocor sangat beragam. Namun demikian, penyebab yang paling sering dijumpai di Indonesia adalah penyakit jantung rematik, yaitu kerusakan katup akibat infeksi pada otot jantung.

"Faktor penyebab lainnya yaitu penuaan, kelainan jaringan ikat. Atau bisa juga karena penyakit jantung koroner," ujar Siska.

Guna mengetahui kondisi ini secara dini, Siska menyarankan agar setiap orang rutin melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Deteksi jantung bocor biasanya dilakukan hanya dengan mendengarkan bunyi jantung.

 

Saksikan juga video berikut ini :

2 dari 2 halaman

Penanganan pada pasien jantung bocor

Jantung bocor, yang diderita Marilisih, tergolong penyakit yang dapat disembuhkan. Siska mengungkapkan jika derajat kebocoran jantung termasuk berat, penanganan yang dapat dilakukan yakni operasi perbaikan katup (Valve Repair) atau penggantian katup (Valve Replacement).

Meski demikian, Siska mengatakan operasi jantung bocor pun harus memperhitungkan usia pasien. Meski bukan satu-satunya faktor penentu, usia pasien yang semakin tua akan menimbulkan risiko operasi yang semakin tinggi pula.

"Karena semakin tua, kemampuan tubuh untuk pulih menjadi lebih lamban," pungkas Siska.