Sukses

Cukup 5 Hari Berhenti Akses Facebook, Stres Bisa Turun

Berhenti sejenak mengakses Facebook selama lima hari terbukti ampuh menurunkan stres.

Liputan6.com, Queensland, Australia Berdasarkan penelitian terbaru, berhenti sejenak mengakses Facebook dapat mengurangi kadar hormon kortisol terkait dengan stres. Tim peneliti dari University of Queensland, Australia, mengumpulkan sampel dari 138 peserta yang berhenti sementara mengakses Facebook. Hasilnya, kadar kortisol terbukti turun ketika setop sejenak mengakses media sosial besutan Mark Zukerberg ini.

Para peserta dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama diinstruksikan tidak mengakses Facebook selama lima hari, sedangkan kelompok lain tetap mengakses Facebook secara aktif.

Untuk menguji tingkat stres, kedua kelompok diminta memberikan sampel air liur di awal dan akhir penelitian. Tes itu mengukur perubahan kadar kortisol. Setelah dilakukan analisis, hasilnya mengejutkan. 

“Jeda sejenak dari Facebook hanya lima hari mengurangi kadar hormon kortisol seseorang. Meski kadar hormon kortisol menurun, mereka juga melaporkan kurang puas dengan kehidupan (karena tidak mengakses Facebook)," kata Eric Vanman, dosen senior School of Psychology di University of Queensland, dikutip dari BreakingNews, Jumat (6/4/2018).

Jadi, walau tingkat stres menurun, mereka berharap dapat aktif mengakses Facebook lagi.

 

 

Simak video menarik berikut ini:

2 dari 2 halaman

Tidak menghapus akun Facebook

Para peneliti menambahkan, para peserta lebih suka jeda sejenak dari Facebook daripada menghapus akun sepenuhnya.

“Facebook dinilai begitu penting bagi jutaan pengguna. Itu jelas memberikan banyak manfaat dalam menjalin hubungan pertemanan. Namun, informasi yang beredar juga membebani pikiran," Vanman melanjutkan.

Tampaknya orang-orang berhenti sejenak mengakses Facebook karena terlalu stres, tapi mereka akan kembali ke Facebook. Ini karena mereka tidak bahagia telah terputus dari teman-teman di Facebook.

“Ketika pengguna stres lagi, mereka menjauh sebentar dari Facebook. Begitu seterusnya," tambah Vanman.

Penelitian ini diterbitkan dalam Journal of Social Psychology. *