Sukses

Kematian Mengintai Para Penenggak Miras Oplosan

Kasus kematian akibat miras oplosan mencuat lagi. Padahal sudah berkali-kali hal ini terjadi. Apa yang perlu diketahui?

 

Liputan6.com, Jakarta Kasus kematian akibat miras oplosan mencuat lagi. Padahal sudah berkali-kali hal ini terjadi. Seperti dikutip dari Klikdokter.com, dokter Dyah Novita Anggraini menyebutkan, kandungan etanol pada miras oplosan sebenarnya sangat rendah.Yang tinggi justru kandungan metanol. Bahkan bisa melebihi 50 persen.

Bentuk dan baunya sama, baik metanol dan etanol merupakan cairan. Namun metanol lebih murah. Karena itu, banyak yang lebih memilih barang ini sebagai campuran. Tapi justru metanol lebih membahayakan dibanding etanol.

Menurut Dyah, metanol bisa merusak organ-organ tubuh dan menyebabkan multiple organ failure (kegagalan organ-organ) yang melalui empat fase toksik.

Fase pertama, penekanan sistem saraf pusat dalam 30 menit sampai 2 jam pertama. Gejala yang muncul, meningkatnya kerja jantung, mual, muntah, vertigo, rasa kantuk, gastritis, diare, dan sakit punggung.

Fase kedua, fase laten mengikuti depresi sistem saraf pusat. Ketiga, terjadi asidosis metabolik berat. Dan keempat, toksisitas pada mata, diikuti kebutaan, kejang, gagal ginjal akut disertai mioglobulinuria (terdeteksinya protein serat otot atau mioglobin dalam urine) dan hematuria (darah di dalam urine), koma. Yang akhirnya bisa berujung pada kematian.

Berdasarkan kondisi-kondisi ini, kata Dyah, metanol sebenarnya bukan jenis alkohol yang boleh dikonsumsi. Karena itu, metanol umum digunakan untuk bahan bakar atau pelarut bahan bangunan seperti cat, cairan pembersih, dan lain-lain.

Dengan kata lain, metanol merupakan bahan kimia yang sangat beracun bagi manusia. Konsumsi sebesar 10 ml saja sudah bisa menyebabkan kerusakan saraf mata. Bayangkan jika dikonsumsi dalam dosis tinggi.