Sukses

Melanie Putria Cinta Lari Setelah Diejek Mirip Kulkas Dua Pintu

Semasa remaja, Melanie Putria tak suka olahraga lari. Namun sekarang, lari identik dengan dirinya.

Liputan6.com, Jakarta Olahraga lari amat melekat di diri pembawa acara Melanie Putria. Namun, siapa sangka bahwa hobi ini bermula dari sindrom baby blues yang yang menghantuinya sesudah melahirkan anak pada 2011.

Putri Indonesia 2002 ini mengaku semasa sekolah sangat tidak menyukai olahraga lari. Melanie bahkan sampai merengek ke sang bunda agar dibuatkan surat sakit saat pelajaran tersebut.

"Aku justru benci lari," kata wanita yang kini sudah mengikuti ajang lari tingkat nasional sampai internasional sesudah menjadi pemandu acara pada diskusi Start Good Day With a Healthy Breakfast di Jakarta pada Rabu, 11 April 2018.

Rasa benci itu perlahan-lahan berubah jadi cinta. Kalau saja Melanie Putria tidak mengalami baby blues dan tidak dicemooh saat masuk ke tempat gym, mungkin saja olahraga lari tidak pernah di sentuh sama sekali.

Enam bulan sesudah Sheemar Rahman Puradiredja lahir, mood sebagai ibu baru masih tidak menentu. Melanie bisa menangis saat si Kecil menangis, juga bisa merasa sedih teramat dalam saat sang suami, Angga Puradiredja, minta izin untuk pergi bekerja.

"Pria sih tidak merasakannya. Saat baby blues, hormon yang fluktuaktif bikin aku jadi moody banget," ujar Melanie Putria.

 

 

Saksikan juga video menarik berikut:

2 dari 2 halaman

Melanie Putria olahraga di gym

Untuk menghilangkan perasaan naik turun saat itu, Melanie Putria berinisiatif menghabiskan waktu di gym. Hitung-hitung mengembalikan bobot tubuh seperti saat belum menikah. Namun, bukannya semakin membaik, mood Melanie semakin menjadi-jadi.

Dia mengaku amat sedih saat orang-orang seisi gym memandangnya aneh. Sampai-sampai ada orang yang melakukan body shamming, menyamakan Melanie Putria dengan kulkas dua pintu.

"Buat orang normal itu oke. Buat orang baby blues, itu enggak oke. (Justru) Buat aku terpuruk dan sedih banget," kata dia.

Tidak lama setelah kejadian tersebut, dia memilih bergabung dengan komunitas lari terkenal di Jakarta. Perlahan-lahan, rasa cinta akan olahraga bermodal sepatu ini tumbuh di hati perempuan yang juga penyiar radio ini.

Melanie merasa, hormon endorfin di dalam tubuhnya meledak bak kembang api saat kakinya menginjak garis finish. Dari situlah Melanie mulai menekuni olahraga lari, dan mengikuti perlombaan lari.

"Mulai deh aku jatuh cinta sama lari," ujarnya.