Sukses

Kepercayaan Diri Remaja Perempuan Indonesia Masih Rendah. Apa Solusinya?

7 dari 10 remaja perempuan di Indonesia menarik diri dari aktivitas penting di kehidupan karena tidak percaya diri. Apa yang harus dilakukan oleh orangtua dan guru?

Liputan6.com, Jakarta Kepercayaan diri rendah masih menjadi masalah yang cukup memprihatinkan di kalangan remaja perempuan Indonesia. Masih banyak remaja perempuan yang menjadikan kecantikan sebagai akar kecemasan mereka, bukan sumber kepercayaan diri.

Dove Girl Beauty Confidence Report menunjukkan bahwa 54 persen remaja perempuan di dunia tidak memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Bahkan, 7 dari 10 remaja di Indonesia menarik diri dari aktivitas-aktivitas penting di kehidupan karena tidak percaya diri dengan penampilan. Mereka enggan berkumpul bersama teman dan keluarga, mengikuti kegiatan kelompok, serta aktivitas yang dapat membantu mereka meraih potensi terbaiknya.

Keadaan tersebut semakin diperparah dengan kemudahan mengakses media sosial yang memungkinkan remaja melihat iklan atau foto-foto perempuan cantik di mana saja dan kapan saja. Terlebih lagi, usia remaja merupakan masa di mana seseorang sangat terpengaruh dengan pendapat dari luar.

Menurut Asisten Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak Atas Pendidikan, Kreatifitas, dan Kebudayaan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Elvi Hendrani, pola asuh yang kurang tepat dari orangtua juga berpengaruh besar dalam menurunkan kepercayaan diri anak.

"Di rumah kreatifitasnya (anak) tidak boleh terlalu macam-macam. Padahal, pengakuan terhadap kreatifitas anak yang kadang-kadang dianggap nyeleneh itu justru adalah bentuk kepercayaan orangtua untuk meningkatkan harkat dan kepercayaan diri anak-anak," ujarnya, saat menjadi narasumber Dove Self-Esteem Project School Workshop di SMAN 74, Jakarta, Senin (16/4/2018).

Elvi melanjutkan, mendapat pengakuan dari peer group merupakan hal penting bagi remaja. Namun, lebih penting pengakuan dari orangtua dan guru.

Dirinya pun berharap orangtua membiarkan anak berkreasi dan membina mereka ketika melakukan kesalahan, bukan melarang atau memarahi. Lebih lanjut, Elvi juga mengharapkan sekolah menjadi 'rumah' kedua yang mendampingi anak meningkatkan kepercayaan diri dengan tidak mendiskriminasi anak dan mengakomodasi kreatifitas mereka.

"Banyak sekali hal-hal di sekolah yang menekan anak dan menurunkan kepercayaan diri anak. Mulai dari tidak dipercaya, sehingga salah sedikit dihukum. Padahal kalau dihukum itu kejahatan, kalau kesalahan harus dibetulkan. Ketika anak dihukum, itu menurunkan kepercayaan diri anak," ucap Elvi.

Sebagai solusi untuk meningkatkan kepercayaan diri anak, imbuhnya, sebaiknya sekolah meminta anak melakukan hal yang seharusnya dilakukan. Misalnya, ketika anak buang sampah sembarangan, daripada menghukumnya berdiri di tengah lapangan, lebih baik minta siswa membuang sampah ke tempatnya.

Semangat Kartini

Dalam rangka menyambut Hari Kartini yang jatuh setiap 21 April, Elvi juga ingin mengingatkan kepada remaja perempuan tentang kesetaraan gender. Ia percaya bahwa remaja perempuan bisa mengerjakan semua pekerjaan laki-laki, jadi kepercayaan dirinya harus meningkat.

Personal Care Director Unilever Indonesia, Ira Noviarti, juga mengingatkan para remaja perempuan untuk menjalani semangat Kartini yang sering menginspirasi orang lain.

"Digital power harus bisa dimanfaatkan untuk menginspirasi perempuan-perempuan lain, termasuk teman sendiri," kata dia, dalam acara sama.

Ira mengatakan, tak harus sukses untuk bisa menginspirasi orang lain. Menurutnya, menghibur teman yang sedang sedih atau menyemangati teman pun sudah termasuk dalam menginspirasi orang lain. 

Spesial dalam menyambut Hari Kartini, Dove memang ingin mengingatkan para remaja perempuan tentang pentingnya memaknai semangat Kartini untuk menjadi percaya diri, menyadari bahwa semua perempuan itu spesial dalam cara berbeda, dan setiap perempuan itu cantik. Hal ini dilakukan Dove melalui Dove Self-Esteem Project, sebuah program edukasi kepercayaan diri bagi remaja perempuan.

Sejak pertama kali diluncurkan pada 2004, Dove telah membantu lebih dari 20 juta remaja secara global untuk membangun kepercayaan dirinya. Di Indonesia sendiri, Dove telah membantu lebih dari 140.000 remaja hingga akhir tahun 2017. Merek produk personal care ini menargetkan 40 juta remaja secara global yang akan dibantu hingga 2020.

"Dove melihat ke depan tekanan sosial semakin tinggi. Sekarang remaja perempuan terpapar dengan brand dan perempuan cantik setiap saat. Melihat hal ini, Dove bersama ahli body image membuat program edukasi supaya anak bisa meningkatkan kepercayaan diri dan memaksimalkan potensinya," ucap Ira.

Sebagai penutup, ia mengingatkan bahwa kepercayaan diri merupakan modal awal untuk mengembangkan potensi. Jadi, bila ingin sukses, remaja harus memiliki kepercayaan diri tinggi.

 

 

(ADV)