Sukses

Awas, Terlalu Lama Duduk di Kantor Berisiko Sama dengan Merokok

Terlalu lama duduk di kantor bisa memicu munculnya banyak penyakit tidak menular.

Liputan6.com, Jakarta Beberapa pekerja di Indonesia terlalu banyak duduk di kantor atau yang biasa disebut dengan gaya hidup sedentary. Pola hidup ini sangat berbahaya, bahkan menurut WHO, duduk terlalu lama di kantor risikonya sama dengan merokok.

Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga Kementerian Kesehatan, drg Kartini Rustandi, M.Kes., mengungkapkan duduk terlalu lama bisa memicu munculnya banyak penyakit tidak menular.

"Banyak macamnya, bisa hipertensi, kolesterol tinggi, gula darah tinggi. Apalagi kalau ditambah dengan makan snack," ujar Kartini, saat acara temu media bertajuk "Peningkatan Kualitas Kesehatan Pekerja Perempuan untuk Mewujudkan Keluarga Sehat", Jumat (20/4/2018).

Kartini mengatakan, menurut data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013, pekerja yang memiliki gaya hidup sedentary mencapai 26 persen. Selain itu, dia juga mengatakan ketika duduk, metabolisme dalam tubuh tidak berjalan dengan baik.

"Maka dari itu, pekerja pun punya hak untuk bergerak. Tetapi juga mereka harus sadar akan bahaya ini," Kartini menegaskan.

Hadir juga sebagai pembicara dalam acara temu media tersebut, Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Prof. dr. Vennetia R. Danes, yang membicarakan soal hak-hak pekerja perempuan.

 

2 dari 2 halaman

Peregangan dua jam sekali

Terlalu lama duduk di depan layar komputer tentu berdampak buruk bagi pekerja. Oleh sebab itu, Kemenkes memiliki kebiasaan untuk mengajak pegawainya melakukan peregangan setiap dua jam sekali. Kartini mengatakan peregangan merupakan hak dari para pekerja.

"Bergerak itu merupakan hak mereka. Maka kita fasilitasi, agar mereka tidak terlalu lama duduk di depan komputer," ujar Kartini.

Kartini menambahkan, bagi para pekerja yang terlalu lama duduk di depan layar, mereka bisa menerapkan peregangan rumus 20-20-20, yakni dengan bekerja selama 20 menit, lalu dilanjutkan dengan 20 menit melihat lingkungan sekitar dengan jarak 20 meter.

"Dengan begitu, kita pun mengistirahatkan mata. Habis itu mau kerja lagi, silakan," pungkas Kartini.