Sukses

Alasan Masyarakat Papua Enggan Gunakan Kelambu Cegah Malaria

Hingga sekarang, masyarakat Papua belum sepenuhnya mau menggunakan kelambu saat tidur karena dianggap panas.

Liputan6.com, Jakarta Kelambu menjadi salah satu cara mencegah malaria, yang dibawa nyamuk anopheles. Di Papua, penggunaan kelambu sebagai upaya eliminasi malaria. Adanya kelambu diharapkan membuat masyarakat Papua terlindungi dari gigitan nyamuk anopheles.

Namun, menyadarkan masyarakat Papua untuk memasang kelambu di kamar tidur tidaklah mudah. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan Jane Soepardi mengatakan, ada beberapa alasan masyarakat Papua enggan menggunakan kelambu.

"Mereka tidak suka kalau tidur pakai kelambu, apalagi di malam hari. Padahal, nyamuk anopheles kan gigitnya saat malam hari. Katanya, kalau tidur pakai kelambu itu rasanya panas. Kepanasan mereka," kata Jane dalam konferensi pers Hari Malaria Sedunia 2018 di Kementerian Kesehatan, Jakarta, ditulis Selasa (24/4/2018).

Bukan hanya karena kepanasan saja, Sekretaris Kampung Macuan SP.5, Manokwari, Papua Barat, Achmad Marzuki mengutarakan, ada alasan lain masyarakat Papua masih belum mau menggunakan kelambu.

"Katanya di rumah mereka sudah ada AC. Tidak perlu juga pakai kelambu," ujar Achmad.

 

 

Simak video menarik berikut ini:

2 dari 2 halaman

Kelambu berinsektisida

Penggunaan kelambu untuk mencegah malaria sudah dilengkapi dengan zat insektisida, yang membuat nyamuk mati. Ketika nyamuk terkena kelambu, nyamuk langsung mati.

"Jadi, masyarakat akan terlindungi dari gigitan nyamuk," Jane melanjutkan.

Dari data Kementerian Kesehatan tahun 2017, di Papua, kelambu berinsektisida sudah didistribusikan sebanyak 27,6 juta kelambu. Pendistribusian kelambu ke rumah warga juga disesuaikan jumlah kelompok tidur dalam satu rumah (kamar tidur).

"Jadi, bukan tiap satu rumah, dapat satu kelambu," tambah Jane.