Artikel ini hasil liputan investigasi penulis dengan topik "Efektivitas Makanan Pengganti Antibiotik pada Unggas." Liputan yang dilakukan selama Maret 2018 sebagai bagian penilaian “Fellowship for Journalist Protecting Lives and Livelihoods." Beasiswa diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia bekerja sama dengan FAO (Organisasi Pangan Dunia).
Liputan6.com, Jakarta Penerapan makanan pengganti antibiotic growth promter (AGP) berdampak pada pertumbuhan ayam yang lambat. Selain itu, ayam bisa rentan kena penyakit. Direktur Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Fadjar Sumping mengungkapkan, dampak pakan pengganti AGP memang tantangan yang sedang dihadapi para peternak sekarang. Tidak hanya peternak di Indonesia saja, peternak di negara-negara lain juga menghadapi kondisi serupa.
Advertisement
Baca Juga
Lain halnya saat menggunakan antibiotik. Antibiotik, yang terkandung dalam pakan ternak mampu mencegah penyakit sehingga ayam tidak mudah terkena penyakit. Demi menjaga ayam tetap sehat, para peternak punya trik masing-masing. Dalam mengelola peternakan Ayam Herbal Green-Poultry, Ina Rohadi tidak hanya mengandalkan pakan probiotik saja. Kesehatan ayam didukung dengan pemberian herbal. Herbal diberikan dalam bentuk cairan, yang diminumkan pada ayam.
Cairan diletakkan dalam wadah minuman, yang berdampingan dengan wadah pakan ayam. Ayam pun dapat minum cairan herbal layaknya minum air putih.
“Cairan herbalnya itu berupa jamu. Bahannya di antaranya jinten hitam dan bawang putih. Lalu dikasih ke minumannya. Biasanya herbal diberikan pada sore hari,” ucap peternak Ayam Herbal Green-Poultry, Adithya Setiaji, sambil memperlihatkan kandang ayam saat diwawancara Liputan6.com di Kota Tangerang Selatan, Banten, Minggu, 25 Maret 2018.
Baca selanjutnya: Pakan Pengganti Antibiotik Bikin Ayam Tak Lagi Nafsu Makan
Cairan herbal itu juga menjadi ramuan alami untuk mengobati ayam yang sakit. Ketika ayam sakit, ungkap Ina, tidak diberikan antibiotik atau vaksin. Komitmen peternakan Ayam Herbal Green-Poultry memang tidak mau memakai antibiotik. Menurut Ketua Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN), Herry Dermawan, penggunaan antibiotik boleh untuk pengobatan, bukan dicampur pada pakan ternak. Meskipun begitu pemberian obat tetap tidak menggunakan bahan kimia lain.
“Kami sudah komitmen tidak pakai antibiotik untuk mengobati ayam. Segala macam obat kimia juga tidak. Kami jual ayam tanpa antibiotik dan bahan sintetis (bahan kimia buatan) lain. Sakit juga diobati seadanya pakai herbal. Kalau ayamnya ternyata mati ya mati saja. Sudah takdirnya,” Ina menambahkan.
Simak video menarik berikut ini:
Pakai vaksin
Bila Ina berkomitmen tidak menggunakan antibiotik atau bahan kimia lain dalam perawatan ayam, bahkan mengobati ayam, Rudi pemilik peternakan Rudi Jaya Farm tetap memanfaatkan penggunaan bahan kimia. Bahan kimia dapat mencegah ayam terhindar dari serangan penyakit, meningkatkan metabolisme ayam, dan menjaga ayam sehat. Bahan kimia tersebut berupa vaksin. Pemberian vaksin dilakukan secara teratur sesuai jadwal.
Rudi mengucapkan, selama masa pertumbuhan hingga panen, ayam divaksin sebanyak tiga kali. Pertama, bibit ayam yang baru masuk akan divaksin. Lalu vaksin diberikan di hari ke-18 dan hari ke-25. Adanya jeda waktu pemberian vaksin menandakan, efektivitas vaksin baru aktif dua minggu setelah vaksin disuntikkan ke tubuh ayam. Vaksin baru aktif dua minggu kemudian.
“Kalau sudah divaksin, amanlah ayam. Itu (pemberian vaksin) terjadwal kok. Jadi, tidak akan terjadi sesuatu pada ayam (sakit),” ujar Rudi sambil tersenyum saat ditemui di rumahnya di Bojongsari, Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat, pada Sabtu, 31 Maret 2018.
Selain diberi vaksin, ayam yang dipeternakan Rudy juga diberi obat bahan sintetis. Perubahan cuaca atau musim pancaroba bisa membuat ayam flu atau diare. Saat didera sakit, ayam diberikan obat, hasil produksi PT Sanbe Farma. Obatnya semua bentuk cairan, oral, dan suntik. Baik Ina dan Rudi, ayam yang sedang sakit dan dalam pengobatan dipisahkan dari ayam lainnya.
“Kalau ayam kelihatan sakit, ya dilempar ke kolam. Daripada nular, ya dibuang ke kolam (buat pakan ikan),” lanjut Rudi. Untuk ayam yang mati karena sakit dan tidak ada yang mengambil ayam, ayam itu akan dikubur. Ayam yang dikuburkan juga agak jauh dari lokasi kandang sekitar 100 meter. Namun, ayam yang dikuburkan termasuk jarang terjadi. Ayam mati sering dijadikan buat pakan ikan dan lele di kolam. Orang lain atau tetangga kadang minta ayam mati buat pakan piaraan mereka (ikan, lele), ya lumayan saja, gratis juga,” Rudi menambahkan.
Advertisement
Formulasi yang tepat
Jika Ina dan Rudi memilih menggunakan pakan penganti AGP hasil buatan industri, ada juga peternak yang memang mencampur bahan pakan alami sendiri.
“Di dunia peternakan (khususnya ayam) ada juga golongan peternak yang mencampur bahan pakan sendiri. Istilahnya itu self mixing. Nah, masalahnya mencampur bahan pakan sendiri itu beda dari buatan industri. Peternak belum tahu secara rinci formula yang tepat untuk mencampur bahan pakan sendiri. Mereka kan bukan ahli nutrisi,” ujar Direktur Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Fadjar Sumping melalui sambungan telepon.
"Dalam program tersebut, kami akan sosialisasikan self mixing agar para peternak dibekali pengetahuan dan wawasan lebih luas. Nanti bakal ada juga proses pengkajian soal bahan makanan pengganti antibiotik yang tepat, apakah jenis probiotik atau prebiotik—imbuhan pakan yang berasal dari tanaman tertentu dan dinding sel ragi,” ungkap Fadjar.
Pengganti AGP ini tengah berjalan seiring aturan larangan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 juncto Undang-Undang Nomor 41 tahun 2014 tentang Peternakan Kesehatan Hewan. Pasal 22 Ayat 4C menyebutkan, setiap orang dilarang menggunakan pakan yang dicampur hormon tertentu dan atau antibiotik dalam imbuhan pakan. Adanya larangan tersebut membuat para peternak memberikan pakan pengganti AGP.