Sukses

Tak Cuma Bikin Mabuk, Minuman Beralkohol Rusak Bakteri Baik di Mulut

Tak hanya dapat merusak hati, menurut sebuah temuan baru, konsumsi minuman beralkohol berlebih dapat menyebabkan ketidakseimbangan bakteri di mulut.

Liputan6.com, Jakarta Gemar mengonsumsi minuman beralkohol memang akan membawa berbagai macam risiko kesehatan. Tak hanya dapat merusak hati, menurut sebuah temuan baru, konsumsi minuman beralkohol berlebih dapat menyebabkan ketidakseimbangan bakteri di mulut.

Dilansir dari Tech Times, Rabu (25/4/2018), mulut seseorang mengandung 700 jenis bakteri baik dan buruk. Namun demikian, mereka yang mengonsumsi lebih banyak minuman beralkohol dapat membunuh bakteri baik dan mengembangkan bakteri jahat di mulut.

Peneliti senior dan pakar epidemiologi dari Fakultas Kedokteran Universitas New York, Jiyoung Ahn mengungkapkan studi komprehensif mengenai dampak alkohol bagi mikrobioma oral ini menunjukkan bakteri jahat di mulut dapat menyebabkan penyakit gusi, masalah jantung, dan beberapa jenis kanker. Studi tersebut diterbitkan dalam the Microbiome Journal pada 23 April.

Penelitian dilakukan dengan meriset 1.044 peserta berusia 55 hingga 87 dalam keadaan sehat. Dari seluruh peserta tersebut, sebanyak 270 peserta tidak mengonsumsi minuman beralkohol, 614 peserta merupakan peminum sedang, dan 160 lainnya adalah peminum kelas berat.

Kemudian, para peneliti mengambil sampel air liur mereka untuk mendapatkan informasi mengenai pola makan, kebiasaan minum, dan gaya hidup.

Berdasarkan riset tersebut, peneliti menemukan mereka yang terbiasa mengonsumsi minuman beralkohol cenderung memiliki banyak bakteri jahat di mulut, seperti Bacteroidales, Actinomyces, dan Neisseria. Ketiga bakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit periodontal.

Minuman beralkohol bisa sebabkan penyakit gusi

Selain itu, mereka yang terbiasa mengonsumsi minuman beralkohol cenderung memiliki bakteri Lactobacillales yang rendah. Adapun bakteri tersebut sangat baik untuk menjaga kesehatan gusi.

Meski demikian, banyaknya jenis minuman beralkohol membuat peneliti belum dapat menilai perbedaan mikrobioma yang terdapat pada minuman tersebut. Artinya, mereka belum menemukan kadar mikrobioma yang terdapat pada minuman wine, bir, atau jenis lainnya.