Liputan6.com, Jakarta Untuk meningkatkan daya juang, membentuk mental, serta karakter yang kuat pada anak, penggunaan hukuman bagi mereka saat ini sudah tidak lagi tepat. Hal ini ditegaskan oleh praktisi 'Mindful Parenting' Melly Kiong.
"Tidak bisa disamakan dulu dengan sekarang. Dulu komunikasi sangat satu arah. Sekarang komunikasi dua arah. Dua arah pun tetap kita budaya timur. Anak harus menghargai orangtua itu harus dipertahankan," kata Melly ketika ditemui Health Liputan6.com seusai acara konferensi pers "Ayo Menulis Bersama SiDU" di Jakarta. Ditulis Rabu (9/5/2018).
Baca Juga
Namun, untuk membuat hubungan dengan anak bukan berarti orangtua harus membangun citra diri yang ditakuti. Di sisi lain, anak juga tidak harus setara dengan orangtua.
Advertisement
"Mendidik itu tidak harus selalu keras. Ketika saya ingin anak punya daya juang, bukan berarti harus saya harus kerasin dia," ujar Melly.
"Ketika saya mau dia punya daya juang, saya coba bikin satu stimulasi sederhana. Misalnya dia dapat lima stiker baru dia bisa beli mainan," ujar pendiri komunitas Menata Keluarga tersebut memberi contoh.
"Ini yang coba saya sosialisasikan. Apakah anak-anak saya punya daya juang, saya rasa punya. Karena apa? Karena kita stimulasikan dengan cara yang lebih kreatif," tambah Melly.
Simak juga video menarik berikut ini:
Â
Konsekuensi Lebih Tepat Daripada Hukuman
Melly kurang menyukai istilah "hukuman" atau punishment dalam mendidik anak. Menurutnya, ungkapan yang lebih tepat adalah "konsekuensi".
"Misalnya seperti tadi. Kalau dia melakukan tugasnya dengan baik dia dapat satu stiker. Kalau dia tidak melakukan dia tidak dapat stiker. Ketika dia dapat lima stiker berarti dia boleh beli mainan, tapi ketika dia tidak mendapatkan stiker, konsekuensinya dia tidak beli mainan," kata Melly.
Menurut Melly, hal itu sesungguhnya memberikan pelajaran pada anak secara tidak langsung, agar memiliki daya juang.
"Jadi dengan cara seperti itu, saya akan memberikan anak-anak sebuah edukasi bahwa perjuangan itu sangat penting. Mental juang itu penting," kata penulis buku Guru-Guru Kecil Melly Kiong itu.
Advertisement