Liputan6.com, Jakarta Kementerian Komunikasi dan Informatika telah meminta masyarakat untuk tidak menyebarkan foto atau konten yang menggambarkan kekejaman bom di Surabaya. Hal ini karena gambaran semacam itu memiliki dampak negatif terutama bagi anak-anak.
"Ada pengaruh pasti. Karena kan terorisme sangkut pautnya dengan kekerasan. Walaupun anak-anak tidak mengalami secara langsung tapi kan dampaknya pasti berimbas," ujar psikolog anak, Alva Paramitha, ketika dihubungi oleh Health Liputan6.com pada Senin (14/5/2018).
Baca Juga
"Sekarang anak SD saja sudah pegang gawai, dengan melihat foto korban pada orang dewasa pun juga bisa menimbulkan trauma," ujar praktisi Bach Flower Remedies ini.
Advertisement
Alva mengatakan, memang sesungguhnya apa yang dilakukan teroris memang menyebarkan ketakutan. Dengan begitu, wajar apabila anak akan merasa takut terhadap isu seperti ini.
Namun, apabila hal tersebut menimbulkan dampak psikologis lain seperti membenci suatu keyakinan tertentu, Alva mengatakan pasti ada faktor-faktor dari luar yang menyebabkan hal tersebut.
Hal ini disebabkan, biasanya efek dari tersebarnya gambar-gambar kekejaman adalah murni ketakutan
"Makanya penting sekali orang dewasa ini mendampingi anak-anak dalam menghadapi isu teror seperti ini," dia menambahkan.
Simak juga video menarik berikut ini:
Melihat Kesiapan Masyarakat
Menurut Alva, salah satu tujuan mengapa foto korban tidak boleh disebarkan juga untuk melihat kesiapan masyarakat untuk menjelaskan isu tersebut terutama bagi anak-anak.
"Sebetulnya kan itu juga untuk melihat, masyarakat sudah siap belum sih untuk menjelaskan nantinya pada anak di bawah umur," ujar Alva.
Dia mengatakan, untuk menjelaskan hal semacam itu, orangtua sebaiknya menyesuaikannya dengan usia anak.
"Kadang si anak belum tentu tahu apa sih yang diributkan di luar. Saya menyarankan, beri tahu saja secara umum bahwa itu adalah sekelompok orang yang melakukan serangan yang tidak ada kemanusiaannya, dijelaskan saja secara umum," Alva menjelaskan.
Advertisement