Liputan6.com, Jakarta Kejadian teror bom Surabaya tidak hanya mendulang rasa simpati. Ada juga pihak-pihak yang melontarkan isu negatif seputar tindak terorisme yang memakan belasan nyawa ini. Seperti misalnya politikus dari Partai Gerinda, Fadli Zon.Â
Dalam rentetan twit-nya, Fadli Zon mengatakan, "Terorisme biasanya berkembang di negara yang lemah pemimpinnya, mudah diintervensi, banyak kemiskinan 'N ketimpangan dan ketidakadilan yang nyata." Tidak sedikit kemudian warganet yang murka dan marah melihat status tersebut.
Baca Juga
Yang melakukan hal ini bukan cuma Fadli Zon saja. Banyak juga pihak lain yang berkomentar negatif, menuduh kejadian tersebut hanyalah propaganda, atau malah menyebar isu hoaks lewat media sosial mereka.
Advertisement
Jelas saja hal ini mengundang kemarahan warganet lain. Beberapa di antaranya bahkan sampai melakukan tangkap layar (screen capture), lalu mengunggahnya di media sosial masing-masing sambil mengajak yang lain untuk tidak berbuat hal yang sama.
Dian Anggraeni Umar , pendukung teroris ini adalah anggota TGUPP @aniesbaswedan #SELTIDUR Digaji pake uang rakyat, masih makan dari yang negara tapi isi sosmednya semua anti pemerintah #TindakTegasSupporterTeroris pic.twitter.com/aaFVpKxLJz
— Andi Aniessa Rachman (@Aniessa_Andi) May 13, 2018
Psikolog Anak dan Remaja, Ike R Sugianto, yang juga mengetahui hal tersebut, lebih menyarankan agar kita, para warganet, tidak merespons apa pun status negatif yang berkaitan dengan bom Surabaya.
"Kalau kita lihat posting-an di media sosial kurang sreg di hati, mending melipir saja. Sudah, tidak perlu komentar apa pun, dan tidak perlu juga mencoba meluruskan penulisan status tersebut," kata Ike saat dihubungi Health Liputan6.com pada Senin, 14 Mei 2018.
Inilah cara berpikir mereka, kepentingan politik untuk meraih kekuasaan jauh lebih tinggi daripada rasa kemanusiaan.Jika ini saja masih bisa dimaklumi, tapi pola pikir begini sudah merajalela. Entah mereka masih bisa disebut manusia. pic.twitter.com/bJKuYJj5Je
— Zulfikar Akbar (@zoelfick) May 13, 2018
Menurut Ike, pemerintah sendiri sudah menganjurkan kita untuk melapor siapa pun yang menuliskan status yang bersifat radikal. Kalau status terkait bom Surabaya yang dibaca itu kurang sensitif, mending diamkan saja.
Woiii @fadlizon lu bilang teroris itu berkembang krn faktor kemiskinan ??Buka matamu lebar2 !Coba lihat mrk ini miskin apa kaya ? pic.twitter.com/V1M6jniIlZ
— aRDhanta (@JsDeyz) May 13, 2018
"Ada dikatakan, otak itu bekerja sesuai persepsi, bekerja sesuai pemahaman orang tersebut. Jadi, tidak ada gunanya menjelaskan sesuatu kepada orang yang tidak ingin mendapatkan penjelasan," kata Ike.
Â
Saksikan juga video menarik berikut:
Â
Diam Bukan Berarti Setuju
Kemudian, kalau penulis status tersebut sudah beranggapan yang benar adalah a, b, atau c, mau kita bilang itu salah dan yang benar adalah x, y, atau z, mereka tidak akan mau menerimanya. Malah yang terjadi adalah perpecahan.
"Menurut saya, tidak perlu dikomentari apa pun," ujarnya. "Dikomentari balik, juga tidak berubah, toh?" kata Ike menambahkan.
Ike hanya mengingatkan, diam bukan berarti kita setuju sama pendapat yang salah dan kurang sensitif terhadap bom Surabaya tersebut. Akan tetapi, buat apa memperbesar isu-isu seperti itu?
"Bisa jadi, ada akun yang tidak kenal memang sengaja dibuat untuk memanaskan suasana. Jadi, lebih baik diam, kalau itu yang dibahas itu isu radikal, segera laporkan," ujarnya.
Advertisement