Sukses

Kekuatan Genggaman Tangan Bisa Jadi Alat Ukur Kesehatan di Masa Depan

Cara ini dipercaya bisa membantu dokter di masa depan

Liputan6.com, Jakarta Banyak orang mengira bahwa pemeriksaan kesehatan harus dilakukan dengan cara yang rumit. Namun, ada cara mudah untuk melakukannya hanya dengan melihat genggaman tangan.

Melansir Indiatimes pada Sabtu (26/5/2018), kekuatan genggaman tangan bisa dijadikan sebagai prediksi kesehatan di masa depan. Bahkan, menurut para peneliti di Inggris, hal ini lebih akurat dibandingkan dengan pengukuran dokter.

Kekuatan dari genggaman tangan memang bisa menjadi indikator yang baik untuk melihat kerapuhan atau kesehatan pada orang lanjut usia. Hal itu bisa membantu dokter memahami risiko orang di segala usia.

Daftar pertanda tersebut bisa meliputi kemungkinan penyakit jantung, paru-paru, kanker, dan kematian secara keseluruhan seperti yang ditulis tim peneliti dalam The BMJ.

"Kekuatan genggaman mudah diukur dan mungkin berguna dalam memprediksi penyakit di masa depan," kata penulis senior Stuart Gray dari Universitas Glasgow.

"Kekuatan genggaman menunjukkan kaitan yang lebih kuat dengan penyakit kardiovaskular daripada tekanan darah dan aktivitas fisik, yang ternyata sedikit mengejutkan," jelas Gray pada Reuters Health.

Tim Gray juga meneliti para peserta melalui rekam medis selama rata-rata tujuh tahun dan menghubungkan statistik vital mereka dengan kekuatan genggaman tangan.

Simak juga video menarik berikut ini:

 

2 dari 2 halaman

Genggaman Lemah

Kelemahan otot yang memiliki kekuatan genggaman kurang dari 26 kilogram untuk pria dan untuk wanita 16 kilogram, terkait dengan risiko kematian yang lebih tinggi dan risiko penyakit tertentu.

Setiap 5 kilogram menurunnya kekuatan genggaman terkait dengan meningkatnya 20 persen kematian pada wanita dan 16 persen pada pria.

Sementara, untuk kematian akibat penyakit jantung, risikonya meningkat 19 persen untuk wanita dan 22 persen untuk pria.

Dalam penelitian tersebut menunjukkan, orang dengan kekuatan genggaman yang lemah cenderung memiliki status sosial ekonomi lebih rendah, cenderung merokok, obesitas, dan persentase lemak tubuh lebih tinggi.

Mereka juga makan sedikit buah dan sayuran, kurang olahraga, dan menonton TV lebih banyak.