Liputan6.com, Jakarta Bekerja terlalu lama menimbulkan berbagai risiko. Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam European Heart Journal mengatakan, bekerja dalam waktu lama bisa meningkatkan risiko mengalami penyakit jantung fibrilasi atrium, mengutip Men's Health, Kamis (30/5/2018).
Setelah melakukan survei 85.000 pekerja dewasa tentang berapa lama waktu kerja mereka dalam seminggu. Para peneliti menemukan, mereka yang bekerja lebih dari 55 jam dalam satu minggu lebih mungkin didiagnosis dengan fibrilasi atrium. Dibandingkan dengan pegawai yang bekerja hanya sekitar 35-40 jam seminggu.
Baca Juga
Lebih buruknya, sembilan dari 10 kasus fibrilasi atrium terjadi pada orang yang belum pernah memiliki masalah atau penyakit jantung sebelumnya. Ini menyiratkan, risiko baru muncul akibat bekerja terlalu lama--dan bukan karena masalah atau penyakit jantung yang sebelumnya memang sudah ada.
Advertisement
Fibrilasi atrium atau detak jantung tidak teratur, terjadi ketika dua serambi atas jantung berdetak tidak serasi dengan dua serambi bawahnya. Detak yang tidak teratur ini bisa menyebabkan darah mengumpul, membentuk penyumbatan yang bisa berujung pada stroke.
Jika tidak dikontrol, fibrilasi atrium juga bisa melemahkan jantung dan berujung pada gagal jantung.
Â
Â
Saksikan juga video menarik berikut:
Tidak ada simtom
Beberapa orang dengan fibrilasi atrium tidak memiliki simtom apa-apa. Namun, mereka yang memiliki simtom sering melaporkan palpitasi jantung, alias rasa ketika jantung Anda berdebat sangat cepat, lemah, lelah, keliyengan, dan napas pendek.
Para peneliti tidak yakin bagaimana bekerja terlalu lama bisa berkontribusi terhadap fibrilasi atrium, tapi mereka yakin, waktu bekerja bisa mengacaukan sistem saraf otomatis, yang akan meningkatkan risiko fibrilasi atrium.
Belum lagi, mereka yang bekerja terlalu lama juga biasanya memiliki faktor risiko fibrilasi atrium yang lebih tradisional, seperti obesitas, merokok, tidak aktif secara fisik, dan mengonsumsi alkohol yang tinggi.
Advertisement