Sukses

KPAI Minta Orang Dewasa Peka Terhadap Tanda-Tanda Upaya Bunuh Diri pada Remaja

KPAI ikut bersuara menanggapi kasus bunuh diri yang terjadi dalam waktu berdekatan di kota Blitar

Liputan6.com, Jakarta Meninggalnya dua remaja akibat bunuh diri di Blitar dalam waktu berdekatan mengundang reaksi dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia. KPAI meminta, guru dan orangtua harus memiliki kepekaan dan mengenali tindakan upaya bunuh diri pada remaja.

"KPAI mendorong orang dewasa di sekitar anak, baik orangtua maupun guru untuk memiliki kepekaan sehingga mampu mencegah anak-anak melakukan tindakan bunuh diri," ujar Komisioner bidang pendidikan KPAI Retno Listyarti dalam rilis yang diterima Health Liputan6.com pada Jumat (1/6/2018).

KPAI mengungkapkan, terkadang permasalahan yang membuat remaja nekat melakukan bunuh diri kerap dianggap bukanlah sesuatu yang besar bagi orang dewasa.

"Alasan seorang remaja melakukan percobaan bunuh diri bisa beigut rumit, yang sekaligus pada sisi lain, mungkin bukan suatu hal yang dianggap berat bagi orang dewasa pada umumnya," ujar Retno.

"Karena itu, jangan langsung menghakimi remaja yang sedang dirundung masalah," tambahnya.

KPAI meminta, orang dewasa jangan abai terhadap tanda-tanda perilaku remaja yang memiliki niat untuk bunuh diri. Mereka harus mendengarkan semua yang ingin disampaikan dan selalu memantau tindakanya.

"Jangan mengabaikan ancaman bunuh dirinya dan justru melabelinya sebagai individu yang suka bersikap berlebihan. Cobalah untuk bertukar perasaan dengan anak dan pastikan dia tahu kondisi yang dialaminya adalah normal," jelas Retno.

Simak juga video menarik berikut ini:

 

2 dari 2 halaman

KPAI Ucapkan Belasungkawa

KPAI sendiri mengucapkan belangsungkawa sekaligus duka yang mendalam pada kedua korban yaitu BI (15) dan EPA (16).

"Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan keikhlasan menghadapi musibah ini," tulis KPAI.

EPA sendiri merupakan siswi sekolah menengah pertama yang gantung diri di kamar kosnya di Blitar pada Selasa (29/5/2018). Diduga, dia takut tak diterima di salah satu SMA favorit di kota tersebut karena terbentur sistem zonasi.

Dua hari kemudian, BI yang merupakan pelajar yang baru saja lulus dari sebuah SMP di Blitar. Warga kecamatan Kanigoro tersebut nekat menggantung dirinya sendiri karena keinginannya dibelikan motor tidak terwujud.