Sukses

Ingat dan Pahami, Ini Tanda-Tanda Kamu Berada dalam Abusive Relationship

Belakangan ini semakin marak kasus abusive relationship (penganiayaan dalam hubungan) dibahas di media sosial.

Liputan6.com, Jakarta Belakangan ini semakin marak kasus abusive relationship (penganiayaan dalam hubungan) dibahas di media sosial. Para korban mulai berani membuka diri tentang abusive relationship yang mereka alami.

Perempuan-perempuan tersebut (walaupun laki-laki juga bisa menjadi korban), berani membuka diri dengan harapan tak perlu ada lagi yang terjebak dalam abusive relationship tanpa menyadarinya. Semoga mereka-mereka korban di luar sana menyadari dan memiliki keberanian untuk menyudahi hubungan abusive tersebut.

Berikut adalah ciri-ciri penganiayaan dalam hubungan. Sadarilah bila kamu berada di situasi ini.

  1. Di tahap awal, dia mencintaimu secara berlebihan. Kamu merasa bahwa dia benar-benar tergila padamu dan meyakinimu bahwa dirinya yang penuh kasih sayang adalah dirinya yang sesungguhnya. Hingga tiba saatnya dia melepaskan topeng itu perlahan-lahan, memberikanmu perlakuan kasar, mengancammu, menghinamu dengan kata-kata yang teramat tak pantas dan memukulmu. Kamu dipenuhi kebingungan, ada apakah dengan dia?
  2. Pasanganmu mengisolasimu. Seseorang yang abusive akan membuat pasangannya terisolasi dari pertemanan, teman kerja dan bahkan keluarga. Telepon genggammu disita saat kamu bersamanya. Kamu terkurung di rumah sendirian tanpa bisa mengontak siapapun. Bahkan jika kamu tidak tinggal serumah dengannya, kamu merasa bahwa isi duniamu hanyalah ada kamu dan dirinya – dan kamu merasa tertekan dengan kehadirannya
  3. Perasaan cemburu tiada habis. Pasanganmu tak akan pernah percaya kepadamu. Semua history telepon, sms, whatsapp, facebook messenger akan dia cek setiap kali dia bertemu denganmu. Dia khawatir kamu selingkuh, dia khawatir kamu main mata di belakang. Dia takut kamu menghubungi keluargamu dan bercerita bahwa kamu mendapatkan perlakuan kasar darinya.
  4. Over overprotective. Dia akan menelponmu setiap waktu saat kamu tidak bersamanya. Dia akan memintamu untuk selalu membalas pesannya sesibuk apapun kamu. Dia selalu gelisah mengenai apa yang akan kamu lakukan di luar sana.
  5. Selalu menyalahkan orang lain. Dia meyakini bahwa orang-orang harus bertanggung jawab terhadap emosinya. Ketika normalnya seseorang berkata “aku sedang marah”, dia akan selalu dan selalu mengatakan “kamu membuatku marah”, “kamu membuatku jengkel”, “kamu membuatku tidak bisa konsentrasi bekerja sehingga aku tidak naik pangkat”. Apapun yang terjadi pada hidupnya, selama hal itu adalah hal buruk, dia akan selalu menunjuk kambing hitam. Kamu, sebagai orang terdekatnya, akan selalu disalahkan. Hingga pada akhirnya kamu percaya bahwa kamu lah yang bersalah atas segala kekerasan yang terjadi.
  6. Dia sangat sensitif, semua yang kamu katakan memicu amarahnya. Abuser biasanya sangat sensitif terhadap segala kata yang keluar dari mulut pasangannya. Ia selalu curiga bahwa pasangannya tak setia, bahwa pasangannya bosan dengannya, bahwa pasangannya suatu saat akan meninggalkannya. Jika suatu sore setelah lelah bekerja kamu berkata “aku mau istirahat, aku lelah”, bisa jadi dia mempersepsinya dengan sangat negatif dan bertanya balik ke kamu, “kamu bosen sama aku? Kamu mau cari penggantiku? Kamu udah gak tahan sama aku?”
  7. Intimidasi dan dominasi menjadikan kamu tak berdaya. Dia mengintimidasi kamu agar takut dan tunduk padanya. Dia mengendalikan seluruh hidupmu, dengan siapa kamu berkomunikasi, keuangan kamu, karir kamu, semuanya dia yang menentukan. Hingga kamu tak tahu harus bagaimana lagi menjalani hidup ini tanpa dirinya.
  8. Dia mengancammu. Mudah sekali baginya untuk berkata bahwa dia akan mematahkan lehermu, namun dua detik kemudian dia akan meminta maaf tersedu-sedu dan mengatakan bahwa dia tidak bermaksud begitu karena dia mencintaimu. Pada kesempatan lain, dia akan mengancam untuk membunuh dirinya jika kamu pergi. Kamu dibuat dalam kondisi bingung bukan main dan tak tahu harus berbuat apa
  9. Dia memanipulasimu. Seseorang yang abusive akan berusaha membuat kamu merasa bersalah atas segala kekerasan yang dia lakukan. Dia pun akan meyakinkanmu bahwa dia adalah orang baik, namun belakangan ini tidak dapat mengontrol diri. Dia memintamu tak memberitahu siapapun karena dia takut. Dia memohon menangis-nangis “Cuma kamu yang tau aku begini, aku mau berubah, tolong jangn bling siapapun, kamu yang aku percaya dan aku sayang”
2 dari 2 halaman

Berbagai bentuk penganiayaan

  • Verbal abuse (penganiayaan lewat ucapan ). Secara terus menerus, ia akan mengatakan hal jahat, menurunkan harga diri pasangannya, mengutuk, dan menyebutkan kekurangan yang ada pada diri pasangannya. Dengan bahasa yang sarkas dan sangat keji, dia tak henti membuatmu semakin merasa rendah diri. Akibatnya, kamu akan merasa tidak ada lagi yang mau menerimamu di dunia ini kecuali dia. Hanya dia
  • Emotional abuse (penganiayaan secara emosional atau mental). Menggertak, menggebrak meja, memukul dinding tepat di sebelah telingamu, berteriak tepat di depan wajahmu, menguncimu, melihatmu dengan tatapan keji dan penuh amarah adalah cara yang dia lakukan untuk membuatmu tersiksa secara batin. Kamu dibuatnya lemah, dibuatnya tak berdaya, hingga kamu hanya mampu dia tanpa pernah mencari pertolongan.
  • Physical abuse (penganiayaan secara fisik). Lebam di wajah dan memar di lengan sudah cukup untuk menjadi saksi betapa kejam perlakuan dia padam. Di tempat kerja kamu bilang kamu bilang kamu terjatuh. Kadang kamu bilang kamu diserempet mobil. Kenyatannya, kamu menutupi serigala yang bersembunyi di rumahmu sendiri.
  • Sexual abuse . Baik sudah menikah atau belum, seseorang bisa jadi korban sexual abuse. Ketika kamu dipaksa berhubungan badan saat kamu tak mau, ketika kamu diminta melakukan suatu aktivitas seksual yang sangat tidak ingin kamu inginkan, atau ketika kamu dilukai saat berhubungan seksual, baik itu dicekik, dipukul atau ditendang, hal ini sudah merupakan bukti nyata bahwa kamu harus mencari pertolongan.

Ke-13 tanda tersebut adalah tanda hubungan yang abusive. Jika kamu pada akhirnya menyadari bahwa kamu mengalaminya (baik perempuan atau laki-laki), ada baiknya kamu bercerita kepada orang terdekat yang bisa kamu percaya. Lebih baik lagi jika orang itu sewaktu-waktu dapat membantumu kabur dari pasanganmu.

 

Tulisan Regis Machdy dari Pijar Psikologi untuk Liputan6.com