Sukses

Sains di Balik Nyanyian Suporter Sepak Bola di Piala Dunia

Riuh dan nyanyian para suporter sepak bola ternyata menghasilkan hormon yang membuat mereka terlibat dalam kebahagiaan sosial

 

Liputan6.com, Jakarta Piala Dunia 2018 juga membuat perhatian publik terarah pada perilaku para suporternya. Salah satu yang unik adalah bagaimana kekompakan para penggemar tim nasional sepakbola mampu disatukan dengan sebuah teriakan, nyanyian, dan lagu.

Pada tahun 2015, seorang psikolog eksperimental Eiluned Pearce menjelaskan bahwa nyanyian para suporter memungkinkan terjadinya ikatan pada perilaku manusia.

"Itu begitu sering dilakukan secara selaras dan melibatkan beberapa otot tenaga. Atribut ini telah dikaitkan dengan afiliasi sosial dan pelepasan bahan kimia di otak yang disebut endorfin yang tampaknya mendukung proses ikatan sosial," kata Pearce seperti dikutip dari Inverse pada Jumat (22/6/2018).

Hal itu berarti, ketika suporter Jepang menyanyikan "Vamos Nippon", mereka tidak hanya bersenang-senang. Mereka dalam sebuah proses untuk menjadi lebih dekat sebagai sebuah kelompok dan membentuk ikatan sosial.

Saksikan juga video menarik berikut ini:

 

2 dari 2 halaman

Tepukan Lebih Efektif

Studi menunjukkan bahwa pada saatnya, ikatan ini memberikan rasa kesejahteraan dan kebahagiaan yang kuat. Nyanyian dan lantunan juga terbukti menjadi pemecah kebuntuan yang efektif.

Sorak sorai dalam sepakbola yang didasarkan pada tepukan juga lebih efektif sebagai alat pengikat dibandingkan dengan lantunan verbal.

Hal ini karena tindakan tersebut merupakan sinkronisitas sosial. Sebagai manusia, kita menikmati saat-saat menyamakan gerakan dengan orang lain. Ketika itu terjadi, maka terjadilah sebuah momen interaksi sosial yang membanjiri otak dengan bahan kimia untuk terasa lebih baik.

Suporter dari negara Islandia yang merupakan salah satu negara terkecil di dunia, bahkan memiliki tepuk tangan sempurna yang membuat mereka lebih menyatu. Di mana mereka memadukannya dengan suara "huh!" yang mantap.