Sukses

Hipotermia, Musuh Besar Para Pendaki Gunung

Hipotermia adalah kondisi ketika suhu tubuh mengalami penurunan akibat paparan udara dingin. Kondisi ini kerap menghantui para pendaki gunung.

 

Liputan6.com, Jakarta Rahmi Kadir, mahasiswi yang dilaporkan hilang saat mendaki puncak Gunung Gamalama, ditemukan Kamis pagi (21/6/2018). Rahmi ditemukan sekitar pukul 06.35 WIT dalam kondisi sadar namun mengalami hipotermia, menurut keterangan Kepala Badan Pencarian dan Pertolongan (SAR) setempat, Mustari.

Hipotermia memang kerap menghantui para pendaki gunung karena situasi gunung seringkali jauh lebih dingin dibanding suhu normal yang dialami setiap hari. 

"Hipotermia adalah suatu kondisi di mana akibat udara dingin, suhu tubuh ikut drop di bawah batas normal atau fisiologis, sehingga tidak baik atau memungkinkan bagi proses-proses normal sel," jelas Spesialis Penyakit Dalam Divisi Metabolik Endokrin, Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia RS Cipto Mangungkusumo Dr Tri Juli Edi Tarigan, SpPD.

Tri Juli menjelaskan, normalnya tubuh membutuhkan suhu antara 35,5 sampai 37,5 derajat celsius agar dapat bekerja dengan baik. Bila suhu tubuh berada di bawah itu, bisa mengacaukan kinerja tubuh, bahkan bisa menyebabkan kematian.

Hipotermia patut diwaspadai oleh para pendaki gunung. Kondisi ini diam-diam bisa menyebabkan kematian. Oleh sebab itu, hipotermia kerap disebut musuh terbesar para pendaki.

"Seorang pendaki yang terkena hipotermia membuat proses-proses normal sel dalam tubuh berjalan tidak normal. Bila terkena, kacau semuanya, bahkan bisa menyebabkan kematian,"ujar Dr Tri Juli beberapa waktu lalu.

 

Saksikan juga video berikut ini:

2 dari 2 halaman

Tak Hanya Disebabkan Udara Dingin

Mengutip laman WebMD, paparan udara dingin yang menyebabkan tubuh tak mampu mempertahan panas dalam waktu lama bisa menyebabkan hipotermia. Hipotermia aksidental biasanya terjadi ketika seseorang terpapar suhu dingin tanpa adanya penghangat tubuh atau pakaian kering. Biasanya para pendaki menghindari hipotermia dengan mengenakan perlengkapan khusus untuk menghadapi lingkungan dingin, basah, dan berangin.

Meski begitu, lingkungan yang tak terlalu dingin pun bisa menyebabkan hipotermia, tergantung pada usia, massa tubuh, lemak tubuh, kondisi kesehatan secara keseluruhan seseorang, serta berapa lama dia terpapar udara dingin. Lansia, bayi, dan balita yang tidur dalam ruangan dingin juga bisa terkena hipotermia.

Selain paparan dingin, kondisi kesehatan seperti diabetes, gangguan tiroid, trauma parah, penggunaan obat-obatan atau alkohol, serta beberapa jenis pengobatan juga bisa meningkatkan risiko hipotermia pada seseorang.

Â