Sukses

Ilmuwan Tegaskan Tak Ada Kehidupan Lain di Luar Angkasa

Tanpa adanya bukti, para ilmuwan mengklaim bahwa manusia adalah satu-satunya makhluk yang ada di alam semesta dan bisa pergi ke luar angkasa

 

Liputan6.com, Jakarta Manusia dianggap sebagai satu-satunya makhluk paling cerdas di alam semesta dan tidak akan bertemu bentuk kehidupan pintar lainnya di luar angkasa. Hal ini dinyatakan dalam sebuah studi baru.

Melansir New York Post pada Rabu (27/6/2018), para ilmuwan di Universitas Oxford mengatakan bahwa alien tidak ada dan melaporkan bahwa kemungkinan, manusia adalah satu-satunya makhluk yang terbang ke luar angkasa.

Para peneliti di Oxford's University's Future of Humanity Institute menyimpulkan bahwa manusia sendirian di alam semesta ketika mempelajari tentang "Paradoks Fermi" yang menjadi landasan mengapa para ilmuwan percaya tentang makhluk luar angkasa sekalipun tidak memiliki bukti.

"Kami menemukan kemungkinan besar tidak ada kehidupan cerdas di alam semesta kita yang bisa diobservasi. Dengan demikian, seharusnya ada sedikit kejutan ketika kita gagal mendeteksi tanda-tanda itu," kata peneliti dalam laporan yang diterbitkan dalam jurnal daring Arxiv.org awal bulan ini.

Menurut mereka, karena tidak adanya kehidupan cerdas di luar Bumi, manusia tidak perlu membuang waktu dengan berteori tentang berhubungan dengan alien.

Simak juga video menarik berikut ini:

 

2 dari 2 halaman

Paradoks Fermi

Paradoks Fermi sendiri dinamai berdasarkan fisikawan Enrico Fermi yang mempertanyakan bagaimana ada kemungkinan besar kehidupan di luar bumi ketika tidak bukti yang kuat.

"Di mana semua orang?" tanya Fermi pada tahun 1950-an sambil memikirkan kemungkinan perjalanan antar bintang.

Teori-teori ilmiah masa lalu mengatakan bahwa alien mungkin tinggal di galaksi kita berdasarkan tujuh faktor, termasuk posisi formasi bintang dan berapa lama makhluk mampu bertahan hidup.

Peneliti Oxford, Anders Sandberg, Eric Drexler, dan Toby Ord mengatakan bahwa kebenarannya, tidak ada satu pun orang lain di luar sana.

"Harus ada kejutan kecil ketika kita gagal mendeteksi tanda- tanda alien," catatnya dalam jurnal yang diberi judul "Dissolving the Fermi Paradox" tersebut.