Liputan6.com, Jakarta Kampanye merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah perkawinan anak. Di berbagai negara, para aktivis hingga akademisi ikut menyuarakan pencegahan terhadap anak yang harus dinikahkan di bawah 15 tahun).
Baca Juga
Advertisement
Fenomena perkawinan anak pun kerap terjadi di beberapa negara. United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) mencatat, tingkat penurunan perkawinan anak kini di bawah 2 persen per tahun. Meski begitu butuh upaya keras hingga mencapai penurunan yang signifikan sekitar 23 persen per tahun.
Ketika ditemui di The Hermitage, Jakarta beberapa waktu lalu, Manajer Advokasi Plan International Indonesia, Nadira Irdiana menyampaikan ide unik yang bisa diterapkan di Indonesia untuk mencegah perkawinan anak.
"Di Indonesia juga kan perkawinan anak cukup banyak terjadi, terutama di Sukabumi juga Lombok Barat. Kita bisa mencontoh cara anak-anak muda Uganda menekan angka perkawinan anak di daerahnya, yakni pelibatan laki-laki untuk menyuarakan cegah perkawinan anak," ungkap Nadira, ditulis Selasa (3/7/2018).
Melalui sebuah organisasi yang melibatkan laki-laki, berbagai gerakan aksi, kampanye, dan kelompok diskusi soal perkawinan anak aktif berjalan. Organisasi tersebut juga kian bertambah jumlahnya.
"Saya pikir ini menarik. Belum ada di Indonesia yang menyuarakan pencegahan perkawinan anak dengan melibatkan anggota yang seluruhnya laki-laki. Bisa saja diterapkan di sini," Nadira melanjutkan.
Â
Â
Simak video menarik berikut ini:
Ribuan anggota aktif
Salah satu organisasi yang melibatkan anggota yang semuanya laki-laki di Uganda bernama Girls in School Initiative Uganda. Organisasi itu berdiri sejak Desember 2014.
Di awal berdiri, organisasi hanya beranggotakan sekitar 10 laki-laki. Kini, sudah ada 1.000 anggota aktif. Pertambahan anggota pun bukan seperti perekrutan komunitas atau organisasi lain yang terbuka umum, siapa yang mau bergabung.
"Jadi, setiap anggota aktif itu refer (menawarkan, menghubungi) ke teman-teman terdekat. Antar teman dan kenalan, lalu lama-lama anggota bertambah," Nadira menambahkan.
Advertisement
Partisipasi anak muda
Selain di Uganda, ada juga inspirasi dari anak-anak muda Bangladesh yang sukses menekan perkawinan anak di desanya. Dalam sebuah acara "Girls Not Brides Global Meeting 2018" di Kuala Lumpur pada 25-27 Juni 2018, para delegasi Bangladesh menyampaikan keberhasilan mereka.
"Saya yang waktu itu datang dan mendengar mereka presentasi cukup takjub. Mereka sudah bisa mencegah 60 perkawinan anak di desanya. Ini berkat partisipasi anak muda. Karena mereka yang lebih tahu soal perkembangan anak-anak muda di desanya," Nadira menegaskan.
Lain halnya dengan yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Partisipasi anak muda untuk mencegah perkawinan anak masih minim. Ada anggapan dari masyarakat, orangtua dan tetua-tetua yang lebih berpengalaman dibanding anak muda.
"Misal, di desa ada Musyawarah Tingkat Desa untuk menentukan program apa yang dilakukan. Itu masih didominasi para orangtua. Anggapan ini perlu berubah. Harus ada pelibatan anak muda dalam pengambilan keputusan juga," tambah Nadira.