Kenali Faktor Penyebab Anak Kecanduan Gim Online

Liputan6.com, Jakarta Banyak orangtua khawatir anaknya kecanduan gim online. Namun, rupanya tidak semua orang yang gemar memainkan gim online bakal mengalami kecanduan atau ketergantungan seperti disampaikan dokter spesialis kesehatan jiwa, Kristiana Siste.

Ada beberapa faktor yang memengaruhi seseorang menjadi kecanduan gim online, lanjut Siste, yakni faktor biologi, psikologi dan sosial.

Update 22 Pemain Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2024, Bintang Muda Armando Obet hingga Kakang Rudianto Siap Tampil Maksimal
Rahasia Membuat Iga Sapi Empuk Tanpa Panci Presto

Pada orang yang gemar bermain permainan ini, neurotransmitter dopamine akan meningkat sehingga menimbulkan rasa senang. Manusia dilahirkan dengan dopamine yang rendah, akan selalu mencari cara, benda atau kegiatan yang bisa meningkatkan dopaminenya.

Maka dari segi biologi, seseorang yang memiliki gangguan neurotransmitter dopamine, akan lebih rentan mengalami kecanduan kata dokter dari Departemen Psikiatri FKUI Jakarta ini mengutip rilis Kementerian Kesehatan ditulis Minggu (8/7/2018).

Lalu, dalam permainan berbasis online seringkali disuguhkan konten-konten yang memacu adrenalin pemain. Ada juga tantangan yang senantiasa bertambah di setiap level permainan. Hal ini tentu menjadi daya tarik sekaligus merupakan risiko bagi orang-orang yang pada dasarnya secara psikologi senang mencari tantangan (novelty seeking).

Saksikan juga video menarik berikut:

Video game online memiliki dua sisi bertentangan. Dapat mengedukasi dan mengasah kreatifitas, sekaligus berisiko merusak otak pecandunya.

2 dari 2 halaman

Pola pengasuhan yang kurang tepat

Ilustrasi ibu dan gawai (iStock) — Ilustrasi gawai ibu dan anak (iStockphoto)

Sementara itu, dari sisi sosial, salah satunya pola pengasuhan orang tua yang memberikan game pada anaknya sejak usia dini sehingga membentuk pola pikir bahwa bila gim adalah tempat mencari kesenangan, sehingga akhirnya mereka ketergantungan.

“Bukan hanya faktor pribadi tetapi ada faktor biologi, psikologi dan sosial yang mempengaruhinya,” kata Siste.