Sukses

Tim Sepak Bola Thailand yang Terjebak di Gua Diharapkan Beberkan Kisah Bertahan Hidup

Setelah penyelamatan dramatis dari gua selama beberapa hari, publik dunia menantikan kisah mereka saat terjebak, kelak di masa depan nanti, saat mereka sudah siap.

Liputan6.com, Thailand Seluruh tim sepak bola Thailand, Wild Boars, telah diselamatkan dari Gua Tham Luang di Thailand dan dibawa ke rumah sakit terdekat. Pertanyaan baru muncul tentang masa depan anak-anak dan cara terbaik membantu mereka kembali ke keadaan normal.

Richard Angle, asisten profesor psikolog di Columbia University, Amerika Serikat, mengingatkan agar anak laki-laki tim sepak bola Thailand didorong menjadi sorotan dunia. Diharapkan suatu saat nanti mereka bisa menceritakan kisah terjebak saat di dalam gua.

Hal tersebut juga diungkapkan Luis Urzua, yang pernah terperangkap di sebuah tambang di Chili selama 69 hari akibat keruntuhan. Awalnya, mungkin akan sulit bagi anak-anak menghadapi sorotan media, politikus, dan orang-orang yang mencari keuntungan dari peristiwa tersebut.

Namun, Luis mendesak anak-anak untuk menceritakan kisah mereka pada waktunya ketika mereka sudah siap.

"Aku berharap suatu hari nanti, dalam beberapa tahun mendatang. Mereka akan menceritakan kisah saat terjebak. Ini adalah kisah dramatis dan penuh harapan (untuk bertahan hidup)," kata Luis, sebagaimana dilansir dari Newsweek, Jumat (13/7/2018).

Kisah tim sepak bola Thailand yang hilang, ditemukan, terjebak, dan diselamatkan satu per satu memukau publik di seluruh dunia. Misi penyelamatan yang memakan waktu berhari-hari dan berbahaya akhirnya tuntas selesai.

 

 

Simak video menarik berikut ini:

2 dari 4 halaman

Perawatan kesehatan mental

Kini, seluruh anggota tim sepak bola Thailand sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Sebuah video menunjukkan, anak-anak berada di ruang perawatan sambil memakai masker. Mereka butuh istirahat hingga beberapa minggu.

Ken Dunham, psikiater di Novant Health Psychiatric Medicine di Winston-Salem, North Carolina mengatakan, anak-anak harus dipantau terkait gejala gangguan stres pasca-trauma, depresi, dan penyalahgunaan alkohol, yang merupakan tiga masalah paling umum yang memengaruhi orang selamat dari bencana.

Penting bagi anak-anak untuk tetap terhubung dengan sesama.

“Kehadiran dan dukungan dari seseorang yang mengalami pengalaman bersama dari peristiwa ekstrem akan membantu mereka menghadapi kehidupan 'normal' nantinya,” jelas Dunham.

3 dari 4 halaman

Awal dari kehidupan baru

Bagi tiga anak laki-laki dan pelatih sepak bola Thailand yang berusia 25 tahun, hari-hari setelah penyelamatan bisa menjadi awal dari kehidupan baru.

Pelatih Ekaphol Chantawong dan pemain Pornchai Kamluang, Adul Sam-on, dan Mongkol Boonpiam berasal dari Thailand utara, dekat perbatasan Myanmar. Mereka dianggap tidak memiliki kewarganegaraan berdasarkan hukum Thailand.

Sementara itu, hanya sedikit informasi yang diketahui tentang latar belakang para pemain. Seperti Sam-on dibawa orangtuanya ke Thailand pada usia 6 tahun akibat melarikan diri dari bahaya di Myanmar.

Orangtuanya membawanya ke gereja Baptis di kota perbatasan Mae Sai. Selain menjadi atlet, Sam-on mampu berbicara dalam lima bahasa, yakni Inggris, Thailand, Burma, Mandarin, dan Wa (Myanmar dan Tiongkok).

 

4 dari 4 halaman

Diberi kewarganegaraan

Matcha Phoru-in, seorang aktivis di Thailand utara mengungkapkan, orang-orang yang tidak memiliki kewarganegaraan tidak diakui sebagai warga negara di negara mana pun.

Namun, kabar baik mungkin datang untuk Wild Boars. Menurut Venus Sirsuk, Direktur Bureau of Registration di Kementerian Dalam Negeri Thailand, ada kemungkinan mereka akan diberi kewarganegaraan.

"Saat ini, para pejabat di kantor distrik Mae Sai sedang mencari bukti kelahiran mereka," jelas Sirsuk. "Kita harus melihat, apakah mereka lahir di Thailand dan apakah mereka memiliki ayah atau ibu asal Thailand."