Sukses

Bahaya Kegemukan Mengintai Generasi Millenial, Waspadalah

Lingkungan bisa menyebabkan generasi millenial terpapar obesitas sejak kecil

 

Liputan6.com, Jakarta Sungguh malang nasib generasi millenial. Gara-gara lingkungan sekitar, mereka rentan terpapar obesitas atau kegemukan sejak kecil.

Head of Health Commite Nutrifood, Moch Aldis Ruslialdi SKM CNWC, menyebut, kondisi ini dengan istilah Obesogenic Environment. Sebuah lingkungan yang tanpa melakukan apa pun sudah membuat mereka menjadi tidak sehat. Mereka menumpuk lemak lebih banyak.

Pemicunya tak lain karena konsumsi tinggi kalori, gula, garam, dan lemak; serta kurangnya aktivitas fisik.

"Ternyata risiko ini sudah terpapar ke generasi millenial. Penelitian di Filipina, menyebutkan, generasi pertama kali yang sudah terpapar obesitas sejak kecil adalah generasi millenial," kata Aldis di sela-sela Nutribound 2018 bersama Nutrifood di kawasan Bogor, Jawa Barat.

Menurut Aldis, kondisi obesitas ini semakin sulit dibendung lantaran kebiasaan makan generasi millenial yang doyan jajan di luar.

 

2 dari 2 halaman

Jajan di Luar Sebabkan Obesitas

Berdasarkan hasil survei yang diperlihatkan Aldis, 40,7 persen orang mengonsumsi makanan tinggi lemak lebih dari satu kali sehari. Dan sebanyak 44 persen orang Indonesia gemar makan di luar, extrafood, dan pesan makanan di luar.

"Padahal ini bisa menambah setengah kali lipat kalori per hari," kata Aldis.

Belum lagi jika saat memesan sesuatu seringnya mengubah ukuran (porsi) ke yang lebih besar (upsize). "Dengar upsize imannya langsung runtuh," ujarnya.

Meskipun tren saat ini di kalangan masyarakat, termasuk generasi millenial, mulai tergerak untuk rutin berolahraga, tapi anggapan yang salah terkait hal tersebut membuat semuanya jadi percuma.

Aldis, menyayangkan, adanya anggapan yang salah tentang rajin berolahraga. Tidak sedikit yang berolahraga agar bisa makan banyak tanpa rasa bersalah.

"Good news-nya, awareness hidup sehat di perkotaan sudah mulai meningkat. Akan tetapi ada mitos yang salah itu, good news-nya berubah jadi bad news," ujarnya.

Video Terkini