Sukses

Kenali 5 Perbedaan Mendasar Antara Dengue dengan Cikungunya

Ada perbedaan mendasar antara demam berdarah dengue dengan cikungunya.

Liputan6.com, Jakarta Penyakit yang disebabkan virus dari jenis nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sering terjadi di daerah tropis.

Penyakit yang disebabkan oleh virus yang tersebar dari jenis nyamuk tersebut, seperti demam berdarah (dengue) dan virus cikungunya seringkali terjadi di Indonesia dan tidak sedikit memakan korban. 

Melansir dari laman Boldsky, Selasa (17/7/2018), terdapat perbedaan mendasar tentang penyakit tersebut.

1. Penyebab

Hanya nyamuk betina Aedes aegypti yang membawa serta menularkan virus hingga menyebabkan demam berdarah.

Cikungunya disebabkan oleh virus genus Alphavirus. Virus ini dapat ditularkan melalui gigitan Aedes aegypti atau Aedes albopictus.

2. Gejala

Gejala awal DBD berupa demam tinggi mendadak yang berlangsung sepanjang hari, nyeri kepala, nyeri saat menggerakkan bola mata, nyeri otot, terkadang disertai bintik-bintik merah.

Gejala spesifik saar terjangkit virus cikungunya seperti nyeri sendi terutama sendi siku, lutut, pergelangan tangan dan kaki, serta nyeri otot yang berlangsung sekitar satu minggu. Terkadang rasa nyeri disertai dengan pembengkakan ringan dan biasanya rasa sakit paling terasa saat di pagi hari. Selain itu selalu merasa lelah.

 

Saksikan juga video menarik berikut:

2 dari 2 halaman

Lama Waktu Gejala Terlihat

3. Lama Waktu Gejala Nampak

Dengue atau demam berdarah biasanya nampak saat masa inkubasi hari ke 3 hingga ke 7.

Sementara, cikungunya biasanya akan nampak gejalanya setelah masa inkubasi hari minggu pertama atau kedua.

4. Lamanya Penyakit Bertahan Pada Tubuh

Demam berdarah dapat bertahan antara 4 hingga 7 minggu. Sementara cikungunya biasanya bertahan 1 hingga 2 minggu. Namun, untuk rasa nyeri sendi dapat dirasakan dengan kurun waktu bertahun-tahun hingga rasa nyeri tersebut memudar.

5. Kefatalan

Dengue dianggap lebih fatal dari cikungunya karena bisa membuat orang meninggal jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Hal lainnya yang harus selalu dipantau adalah jumlah trombosit agar tetap terkendali.

Cikungunya mungkin tidak seburuk demam berdarah, akan tetapi gejala-gejala yang dirasakan selama terjangkit penyakit tersebut biasanya bertahan pada tubuh penderita selama bertahun-tahun.

Hal ini terutama berlaku untuk nyeri tubuh yang mungkin memerlukan waktu berbulan-bulan atau tahun untuk memudar. Dalam kasus yang sangat jarang, cikungunya juga dapat menyebabkan kerusakan syaraf. 

 

Penulis: Jihan Khaldaf