Sukses

Inovasi Unik Desa Haya-Haya di Gorontalo Atasi Stunting

Prevalensi stunting (kekurangan gizi kronis) di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, telah berhasil turun.

Liputan6.com, Gorontalo Prevalensi stunting (kekurangan gizi kronis) di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, telah berhasil turun. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, prevalensi stunting pada balita atau anak usia 0-59 bulan, turun dari 40,7 persen (2015) menjadi 32,3 (2017).

Begitu pula prevalensi stunting pada baduta, anak usia 0 hingga 24 bulan. Pada 2015, prevalensi mencapai 32,3 persen, tahun 2016 menurun jadi 28,4 persen, dan pada 2017 menjadi 24,8 persen.

Penurunan angka stunting itu tercapai berkat inovasi yang dilakukan, yakni dengan membangun Pos Gizi sejak 2015.

"Pos gizi dibangun untuk menangani gizi, seperti tinggi dan badan berat kurang, status gizi (kurang baik) dan buruk," kata Kepala Desa Haya-Haya Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo, Yasin Ingo, ditulis Rabu (18/7/2018).

Dalam upaya menangani stunting, tinggi dan berat badan anak dipantau. Namun, yang paling rutin dipantau adalah berat badan anak. Pasalnya, kenaikan atau penurunan berat badan paling cepat dan mudah terlihat. Dalam dua minggu saja, kenaikan atau penurunan bisa terlihat. Sementara untuk tinggi badan, sulit terlihat kemajuannya.

 

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

2 dari 3 halaman

Status Sosial Ekonomi

Dalam menjalankan Pos Gizi, proses pemantauan tidak hanya fokus terhadap kesehatan anak saja, melainkan pada status sosial ekonomi keluarga. Apakah keluarga yang bersangkutan berasal dari keluarga mampu atau tidak.

Menyoal Pos Gizi, Menteri Kesehatan RI, Nila Moeloek ikut memberikan tanggapan.

"Inovasi positif ini bagus sekali, kita perlu sosialisasikan contoh-contoh yang baik seperti ini," ujar Menkes Nila saat berkunjung ke Pos Gizi di Gorontalo.

3 dari 3 halaman

Berawal dari Dana Masyarakat

Kegiatan pos Gizi Desa Haya-Haya dibentuk sejak 2013 dengan memanfaatkan dana dari partisipasi masyarakat, yang dibantu tim penggerak gizi dan bidan desa. Pembinaan dilakukan oleh puskesmas kecamatan setempat.

Namun, pada 2017, kegiatan pos gizi desa telah diintegrasikan dengan dana desa.

"Tujuan kami melaksanakan ini bukan semata-mata untuk pemerintah, tapi mengubah mindset (pandangan) masyarakat. Kegiatan ini kami laksanakan pada awal setiap tahun," ucap Yasin.