Liputan6.com, Jakarta Perkembangan teknologi dalam dunia kesehatan terus diperbaharui. Dilansir dari Livescince, Kamis (19/7/2018), beberapa waktu lalu, para peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Stanford menciptakan sebuah kawat magnet yang bisa mendeteksi tumor. Magnet dapat digunakan di dalam tubuh untuk mendeteksi sel kanker yang mungkin terlewatkan oleh teknik diagnostik biasa.
Cara kerja kawat magnetik dengan dimasukkan ke pembuluh darah vena, dimana kawat bisa mengambil sel tumor yang telah dimagnetisasi oleh nanopartikel khusus.
Baca Juga
Sebenarnya perangkat ini belum diujicobakan pada manusia, para peneliti baru melakukan pengujian pada babi. Hal ini karena pembuluh darah babi mirip dengan pembuluh darah di lengan manusia. Hasilnya kawat magnetik mendeteksi 10 hingga 80 kali lebih banyak sel tumor.
Advertisement
Sel-sel tumor yang diambil oleh kawat magnetik tersebut sebenarnya adalah sel-sel tumor yang bersirkulasi yaitu sel-sel yang terpisahdari tumor dan mengapung melalui aliran darah. Jumlah sel tumor ini sangat sedikit, sehingga nyaris tak terlihat jika hanya dengan sampel darah reguler.
Dibandingkan dengan diagnostik biasa dengan sampel darah reguler, kawat magnetik lebih efektif menemukan sel-sel kanker. Dan dibandingkan dengan metode deteksi berbasis kawat komersial sebelumnya, melalui kawat magnetik dapat ditemukan 500 hingga 5.000 sel tumor.Â
Â
Saksikan juga video berikut ini:
Â
Diharapkan Bisa untuk Sedot Sel Kanker
Di masa depan, diharapkan metode yang dimuat dalam jurnal Nature Biomedical Engineering ini tidak hanya digunakan untuk mendiagnosis kanker saja tetapi juga mencari tahu apakah metode ini berfungsi sebagai pengobatan.
"Jika kita bisa membuat alat ini menyedot sel-sel kanker, Anda mungkin akan mempertimbangkan menggunakannya dalam jangka waktu lama," ucap Dr Sanjiv Gambhir, direktur Canary Center di Stanford for Cancer Early Detection.
"Alat ini bekerja nyaris seperti penyaring yang menangkap sel kanker dan mencegahnya menyebar ke bagian lain tubuh," lanjutnya.
Namun, tampaknya masih perlu penelitian lebih lanjut untuk menentukan apakah alat tersebut bekerja pada manusia.
Ditulis oleh: Nita Utami
Advertisement