Liputan6.com, Jakarta Tersiar kabar, penyanyi Denada kini tengah menemani putrinya di Singapura. Shakira Aurum, sang putri, sedang menjalani perawatan karena leukemia atau kanker darah yang dialaminya.
Berita mengagetkan ini mengangkat topik leukemia ke permukaan. Apa itu dan apa penyebabnya? Namun yang lebih mengagetkan lagi, salah satu penyebab yang ditemukan bisa menyebabkan kanker ini adalah metode pencucian baju secara kering, atau dry clean.
Baca Juga
Yang terjadi pada tubuh ketika diserang leukemia
Advertisement
Leukemia atau kanker darah adalah salah satu jenis keganasan yang mengenai sel darah dan sumsum tulang. Pada keadaan normal, sumsum tulang akan memproduksi berbagai komponen darah seperti sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit (keping darah). Sel-sel darah tersebut nantinya akan “mati” dan digantikan dengan sel baru yang sudah dihasilkan oleh sumsum tulang.
Pada kondisi kanker, siklus tersebut tidak mungkin terjadi. Ini karena sel DNA pasien leukemia mengalami sebuah perubahan tidak normal, tumbuh tanpa terkendali, dan menggangu produksi sel-sel lainnya.
Umumnya, sel yang terkena dampak tersebut adalah sel darah putih (leukosit). Saat leukosit terus bertambah banyak, ia akan menekan produksi sel darah merah dan trombosit. Itulah sebabnya pasien leukemia akan mengalami gejala awal berupa pucat, lemah, dan anemia karena kekurangan sel darah merah, serta muncul memar atau lebam tanpa sebab yang jelas.
Meski berbahaya dan dapat merenggut nyawa, penyebab pasti leukemia masih belum diketahui dengan pasti hingga saat ini. Namun, peneliti meyakini bahwa meyakini bahwa faktor genetik membawa pengaruh terbesar pada kejadian penyakit tersebut.
Di satu sisi, peneliti pun menyebut bahwa lingkungan juga ikut memberikan pengaruh tertentu. Bahkan, hal-hal di luar dugaan seperti metode pencucian pakaian dengan dry clean juga dituding memainkan peranan tersendiri pada terjadinya leukemia.
Saksikan juga video menarik berikut:
Dry cleaning dan leukemia
Dry cleaning merupakan proses mencuci dengan menggunakan larutan pencuci khusus, yaitu tetrachlorethylene atau perchlorethylene (PERC). Larutan PERC dapat menghilangkan noda dan kotoran pada pakaian tanpa menggunakan air.
Metode dry cleaning sering digunakan untuk mencuci pakaian yang berbahan lembut, seperti wol, kulit, atau sutra, untuk menghindari kerusakan pakaian akibat penggunaan mesin cuci.
Terkait hal itu, The International Agency for Research on Cancer (IARC) dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa larutan PERC yang digunakan dalam metode dry cleaning tergolong sebagai zat karsinogenik. Ini berarti, PERC termasuk ke dalam zat yang berpotensi menyebabkan kanker pada manusia.
American Cancer Society juga menyatakan hal serupa. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa mereka yang sering terpapar PERC, seperti pegawai dry cleaning atau pabrik kimia yang menggunakan PERC, lebih rentan mengalami beberapa jenis kanker, termasuk kanker esofagus, kandung kemih, kanker darah (leukemia), dan kanker kelenjar getah bening (limfoma).
Usut punya usut, senyawa PERC yang tertinggal di baju setelah proses dry cleaning dapat menempel di kulit atau terhirup saat bernapas, lalu masuk ke paru dan aliran darah. Dalam jumlah sedikit, senyawa ini dapat dikeluarkan dari tubuh melalui urine. Namun, bila semakin sering terpapar, maka jumlahnya akan semakin banyak dan menumpuk dalam tubuh. Hal inilah yang kemudian memicu timbulnya kanker.
Tak sebatas menjadi penyebab kanker, senyawa PERC ternyata juga menimbulkan efek negatif bagi tubuh. Senyawa itu diketahui dapat menyebabkan kebingungan, sakit kepala, rasa ingin pingsan, hingga kerusakan otak dan sel saraf yang lebih parah.
Memang, dampak negatif senyawa PERC tidak langsung terjadi seketika. Jadi, bila pernah menggunakan jasa dry cleaning, Anda tidak serta-merta akan mengalami leukemia atau kondisi berbahaya lain di kemudian hari. Namun, demi keamanan dan kesehatan bersama, akan lebih baik jika Anda menggunakan metode konvensional dalam membersihkan pakaian dan menghindari paparan terhadap senyawa PERC sebisa mungkin.
Penulis: dr. Sepriani Timurtini Limbong. Sumber: Klikdokter.com
Advertisement