Â
Liputan6.com, Jakarta Saat ini, masih banyak orang yang mempercayai keyakinan yang bersifat seksisme dan bias gender. Entah karena hal tersebut sudah ada dalam budaya mereka, atau karena pengaruh nilai-nilai lainnya.
Baca Juga
Sayangnya, keyakinan seksisme semacam ini terkadang membuat rentannya perilaku-perilaku kejahatan yang bias gender terjadi dalam masyarakat. Selain itu, hal tersebut juga tidak berkontribusi pada kemajuan suatu masyarakat.
Advertisement
Dilansir dari Step to Health pada Selasa (31/4/2018), berikut ini beberapa anggapan yang bersifat seksisme dan masih ada di masyarakat.
1. Wanita dilahirkan untuk menjadi seorang ibu
Secara fakta, memang benar hanya wanita yang bisa hamil. Namun, ini membuat beberapa orang menganggap bahwa tujuan wanita hanyalah beranak saja.
Keyakinan semacam ini membuat mereka yang tidak atau belum memiliki anak dianggap "belum jadi wanita seutuhnya."
Menjadi seorang ibu lebih dari sekadar merawat anak. Mereka harus benar-benar peduli pada buah hati. Sayangnya itu yang membuat beberapa orang beranggapan mereka harus terus berada di rumah. Anggapan semacam ini membuat perempuan kerap terkekang dan diremehkan. Namun sesungguhnya, menjadi ibu rumah tangga merupakan pekerjaan yang berat.
Simak juga video menarik berikut ini:
Â
Memancing pelecehan
2. Perempuan menjadi sumber pelecehan
Beberapa pemikiran mengatakan bahwa perempuan menjadi sumber dari pelecehan seksual. Orang sering mengatakan bahwa kesalahan terletak pada wanita karena pakaian atau mengapa dia melewati jalan sepi sendirian.
Orang-orang ini hanya membuat pelecehan seksual meningkat hanya karena menganggap korbanlah yang salah pada awalnya.
Bukan masalah bagaimana cara berpakaian Anda atau lewat mana Anda pulang. Tak peduli jenis kelamin, pelecehan seksual jelas tidak dibenarkan.
3. Wanita itu harus lembut, lemah, dan patuh
Anggapan itu ada di mereka yang hidup dalam budaya patriarki yang sangat kental. Secara emosional, perempuan dianggap lebih lembut dan lemah. Istilah "tomboi" kerap disematkan pada mereka yang tidak sesuai dengan parameter tersebut.
Anggapan ini juga berpengaruh pada pria. Mereka yang berjenis kelamin laki-laki dianggap lebih macho. Jika mereka mengekspresikan emosinya, mereka akan dianggap sensitif bukan agresif.
Â
Advertisement
Tak bisa memimpin
4. Perempuan tak bisa jadi pemimpin
Sekalipun tak terbukti, masih banyak orang beranggapan bahwa wanita tak bisa menjadi pemimpin. Mereka bahkan mengkritik para perempuan yang telah membuktikan dirinya.
Para penganut seksisme akan terus menghancurkan citra seorang wanita yang sesungguhnya kompeten dalam pekerjaannya.
5. Wanita hadir hanya untuk kesenangan
Banyak orang yang masih menganggap bahwa perempuan hanyalah objek pemuas nafsu belaka. Mereka melihat bahwa wanita adalah materi untuk dikonsumsi dan itu tercermin dalam banyaknya media kita saat ini. Contohnya dalam bidang periklanan.