Liputan6.com, Jakarta Turis asal Inggris, Luke Turner, selamat dari gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Namun, ia mengaku tidak dapat tidur nyenyak selama empat hari. Turner masih trauma merasakan gempa 7,0 SR pada Minggu, 5 Agustus 2018 saat berwisata di salah satu pulau di Gili.
Baca Juga
Advertisement
Ketika gempa Lombok terjadi, Turner bersama istrinya sedang menikmati bulan madu di Gili. Tak disangka, momen bulan madu yang seharusnya romantis berubah menakutkan.
"Setelah gempa pertama, ada 14 gempa susulan dalam waktu 48 jam. Kami bahkan belum bisa tidur myenyak selama empat hari. Aku ingat betul, orang-orang sangat ketakutan," cerita Turner, sesuai dikutip dari BBC, Kamis (9/8/2018).
Bagi Turner, gempa yang dialami seperti mimpi buruk yang nyata terjadi. Sesaat setelah gempa, ia melihat orang-orang saling membantu, berupaya menyelamatkan diri bersama-sama.
"Sungguh horor, orang-orang berteriak, ada yang kakinya kena pecahan kaca. Pecahan kaca menempel di kaki. Tangga makin banyak yang roboh," ujar Turner, yang berada di lantai tiga hotel tatkala gempa melanda.
Simak video menarik berikut ini:
Hotel rata akibat gempa
Turner dengan cepat keluar hotel. Sesaat setelah gempa, seluruh hotel, tempat Turner menginap hancur.
"Kami juga harus mendaki bukit yang sangat terjal. Ya, karena ada ancaman tsunami. Orang-orang menangis lara," Turner mengungkapkan.
Ribuan wisatawan berbondong-bondong ke pantai untuk dievakuasi dari pulau Gili, yang terletak di barat laut Lombok. Lokasi wisata ini sangat populer bagi para backpacker dan penyelam.
Ada juga wisatawan yang menunggu di pantai selama sembilan jam untuk bisa naik perahu. Ratusan turis asal Inggris dan Eropa, lanjut Turner, pun terjebak di bandara Lombok.
Beruntung, ia dan istrinya berhasil mendapatkan penerbangan ke Jakarta. "Bagiku, ini penerbangan yang paling menakutkan, yang pernah aku alami," Turner menambahkan.
Advertisement
Menjauh dari gedung-gedung tinggi
Lain pula cerita Matt Roche (27), turis dari Durham, Inggris yang sedang berlibur di Bali bersama kekasihnya, Lesley (30). Ketika asyik bersantai di bar, kekasih Roche merasakan guncangan gempa.
"Dia memandangku sambil berkata, 'Apakah ini gempa bumi?' Aku jawab, 'Ah, tidak. Tidak mungkin'. Lalu aku mendongak ke atas dan melihat semua lampu di bar bergetar kencang," ucap Roche, yang sudah seminggu di Bali.
Staf di bar mulai menjerit. Roche langsung melompat dan meraih tangan kekasihnya, kemudian berlari ke jalan. Saking panik kondisi saat itu, ia sempat kehilangan kekasihnya sebentar di kerumunan.
Keduanya pun terus berlari, menjauh dari jaringan listrik dan gedung-gedung tinggi agar aman. Mereka juga harus mengambil rute yang berbeda karena jembatan ambruk.
"Itu benar-benar situasi yang membuat amat takut. Kepanikan total. Orang-orang di sekitar Anda berlari dan tetap menjerit, meskipun guncangan gempa sudah berakhir," tutup Roche.