Sukses

Penyakit Jantung Intai Jemaah Haji Indonesia

Penyakit jantung mesti menjadi perhatian ekstra para dokter dan jemaah haji Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Keluhan terbesar pada pasien penyakit jantung dapat terbagi menjadi sesak napas, nyeri dada, ataupun jantung berdebar. Jemaah haji dengan risiko tinggi perlu mewaspadainya. Demikian pula para pendamping atau teman sekamar, bila menemukan jemaah dengan kondisi seperti itu, untuk segera melapor ke dokter kloter.

Demikan disampaikan dr. Muhammad Gibran Fauzi Harmani, Sp.JP, di KKHI Makkah. dr. Gibran menegaskan bahwa telah ada sistem komunikasi antara Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah dengan dokter-dokter di sektor dan kloter. Jemaah risti akan mendapatkan penanganan awal dan cepat di masing-masing sektor. Hasilnya akan dikonsultasikan kepada dokter jantung KKHI yang bertugas untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.

“Nanti dokter spesialis jantung yang akan menentukan tindakan selanjutnya, apakah pasien ini dapat ditangani di sektor, di rujuk ke KKHI, atau langsung menuju rumah sakit arab saudi terdekat,” jelas Gibran.

Gibran mencontohkan beberapa keluhan yang bisa dikenali pada pasien penyakit jantung yang mengalami perburukan.

Pertama adalah sesak nafas yang dirasakan semakin memberat. Sesak nafas yang dirasakan berat seperti rasa ingin tenggelam, kaki bengkak, perut begah, nafsu makan turun. Rasa sesak ini akan sedikit membaik bila pasien duduk ataupun tidur dengan 2-3 bantal.

“Itu merupakan keluhan jantung yang khas apabila disebabkan karena sesak. Selain karena sesak, bisa juga pasien ataupun jemaah merasakan keluhan yang sering yaitu nyeri atau rasa tidak nyaman di dada setelah melakukan aktivitas ataupun bila ada stres yang bisa memicu,” terang Gibran.

Rasa tidak nyaman ini bisa muncul dari 5 menit sampai lebih dari setengah jam. Dapat juga disertai dengan rasa mual, muntah, dan keringat dingin sampai bajunya basah. “Rasa tidak nyaman lain bisa juga seperti terbakar, dihimpit, ditindih benda berat, terasa tertusuk yang menjalar dari dada sampai lengan kiri ataupun ke punggung, rahang, dan lengan kanan,” tambahnya.

Keluhan kedua, yaitu keluhan yang disertai rasa berdebar-debar. “Ada bermacam rasa debar. Misalnya debaran terasa cepat, debaran tidak teratur, debaran terasa lambat,” kata Gibran.

Bila jemaah haji merasakan ini, segera melaporkan ke dokter kloter.

Menurut dr.Gibran, hampir sebagian besar kasus-kasus penyakit jantung yang datang ke KKHI dan mengalami perburukan adalah karena kelelahan yang disebabkan oleh beberapa alasan.

“Jemaah mengalami kelelahan akibat ibadah, kelelahan akibat perjalanan jauh, ataupun kelelahan akibat aktivitas dipondokkan seperti naik turun tangga. Jenis kelelahan Itu menjadi pemicu nomor 1,” jelasnya.

 

2 dari 2 halaman

Tak patuh minum obat

Sementara untuk pemicu nomor 2 adalah karena ketidakpatuhan jemaah dalam meminum obat yang selama ini dikonsumsi di Indonesia. Ketidakpatuhan ini dapat mengakibatkan perburukan kondisi jantung. Pemicu nomor 3 adalah adanya infeksi saluran nafas atas atau infeksi saluran nafas bawah yang rentan terjadi karena faktor cuaca kering dan suhu tinggi di Arab Saudi.

Pemicu keempat adalah adanya kondisi faktor-faktor risiko jantung yang tidak terkendali seperti tekanan darah yang melonjak atau gula darah yang tinggi.

Mengingat sebentar lagi jemaah akan memasuki fase Armina (Arafah, Muzdalifah, Mina), maka pasien-pasien jemaah Risti harus dipersiapkan sebaik mungkin.

dr. Gibran menyebutkan beberapa persiapannya yang perlu dilakukan, pertama yaitu terus mengingatkan jemaah Risti untuk mengkonsumsi obat-obatan yang selama ini dikonsumsi. “Apabila memang obat-obatan yang habis atau tidak terbawa, segera kontak dokter di kloter untuk dimintakan ke KKHI,” tegasnya.

Kedua batasi aktivitas fisik. “Sebentar lagi kita akan memasuki masa puncak ibadah. Sekarang jemaah haji dari berbagai macam negara sudah memasuki Makkah. Kondisi saat ini sudah semakin padat. Jangan sampai kelelahan,” pesan Gibran.

Apabila jemaah mulai merasakan sesak napas/tersengal-sengal, maka agar hentikan aktivitas nya terlebih dahulu dan beristirahat. Kenali batas fisik masing-masing dan tidak memaksakan diri, tambahnya.

Ketiga, jemaah diingatkan untuk selalu mempergunakan alat perlindungan diri (APD) pada saat keluar pondokan, dan selalu mengingatkan temannya untuk memakai masker.

Video Terkini