Sukses

Kisah Husein Mutahar, Bapak Paskibraka yang Selamatkan Bendera Pusaka dari Serangan Belanda

Bendera pusaka yang asli, dulu pernah dipisah menjadi dua buah kain oleh Bapak Paskibraka, Husein Mutahar. Hal ini dia lakukan untuk menyelamatkan itu

Liputan6.com, Jakarta Seiring dengan semakin populernya tugas sebagai seorang Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), tak banyak yang tahu mengenai perjuangan Bapak Paskibraka dalam menyelamatkan bendera merah putih dari serangan Belanda. Pada saat itu, ibukota Indonesia masih berada di Yogyakarta.

Bapak Paskibraka, Husein Mutahar pernah memisahkan bendera pusaka menjadi dua carik kain yang berbeda. Berwarna merah dan putih. Bukan tanpa alasan. Ini dia lakukan demi menyelamatkan bendera pusaka tersebut, setelah Gedung Agung, Yogyakarta dikepung oleh Belanda pada 19 Desember 1948.

Mengutip dari tulisan Purna Paskibraka 1978 Budiharjo Winarno, Presiden Soekarno memanggil Husein Mutahar setelah urusan pemerintahan selesai. Mereka saling bicara di ruangan pribadinya.

Berdasarkan buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams, Soekarno memberikan sebuah tugas pada Husein Mutahar. Dia ingin agar bendera pusaka dijaga sekalipun nyawa menjadi taruhannya. Tugas ini diberikannya secara pribadi pada sang ajudan.

"Ini tidak boleh jatuh ke tangan musuh," kata Bung Karno saat itu.

"Jika Tuhan mengizinkannya, engkau mengembalikannya kepadaku sendiri dan tidak kepada siapapyun kecuali pada orang yang menggantikanku sekiranya umurku pendek," kata Soekarno seperti dikutip dari buku tersebut.

Saksikan juga video menarik berikut ini:

 

2 dari 2 halaman

Memisahkan Kain Merah dan Putih

Dia menambahkan, apabila Mutahar meninggal di kala tugasnya, dia ingin Mutahar mewariskan tugas tersebut pada orang lain dan harus diserahkan pada Soekarno seorang.

Setelah melakukan doa dan perenungan di kala serangan masih berlangsung, Mutahar segera mencabut benang jahitan yang menyatukan kain merah dan putih pada bendera itu. Dengan menggunakan jarum dan dibantu oleh Perna Dinata, dia melepaskannya dengan hati-hati.

Bendera yang telah dijahit Fatmawati itu akhirnya berhasil dipisahkan menjadi dua kain yang berbeda. Hal ini untuk menghindari penyitaan oleh Belanda.

Bung Karno dan Bung Hatta akhirnya diasingkan ke Sumatera. Sementara, Husein Mutahar dan beberapa staf kepresidenan juga diasingkan ke Semarang dan ditahan di sana. Namun, dua kain bendera tersebut tetap aman.

Mengutip dari Merdeka.com, Mutahar akhirnya berhasil melarikan diri ke Jakarta. Dia meminta seseorang menjahitkan kembali dua bagian bendera pusaka tersebut untuk kemudian dikirimkan ke Bangka lewat Sujono, seorang delegasi Indonesia.

Sang Saka Merah Putih akhirnya berhasil dikembalikan kepada Soekarno. Bendera buatan istrinya itu berhasil kembali ke tangannya.