Â
Liputan6.com, Jakarta Tari Ratoh Jaroe menjadi pembuka dalam perhelatan Opening Ceremony Asian Games 2018 di Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (18/8/2018) seusai Presiden Jokowi sampai di lokasi dan menyalami para tamu.
Baca Juga
Diperagakan oleh 1.600 penari dari 18 SMA se-DKI Jakarta dengan koreografer dan kostumnya oleh Deni Malik, Tari Ratoeh Jaroe merupakan salah satu tari yang berasal dari Aceh, yang sudah terkenal sejak lama. Biasanya disajikan dalam perayaan adat, walau sekarang sudah kerap hadir sebagai hiburan biasa. Awalnya, tari ini dibuat untuk membangkitkan kembali semangat masyarakat Aceh dari keterpurukan akibat konflik atau musibah yang terjadi sana. Jadilah, para seniman-seniman Aceh menggabungkan tari-tari tradisional yang sudah ada menjadi tari yang lebih dinamis, rampak, dan kekinian, pada tahun 2008 silam.
Advertisement
Tari ini sering disebut Tari Saman oleh banyak kalangan. Seperti di Sumatera Utara, sering menyebutkan tari Ratoeh Jaroe ini sebagai Tari Saman, karena bentuk tarinya amat serupa, dan Tari Saman terlebih daluhu ditarikan oleh kaum laki-laki.
Tari Ratoeh Jaroe termasuk salah satu tari kreasi populer di Aceh. Tari ini dilakukan oleh sebelas penari wanita dan dua Syahie (penyanyi). Diiringi lantunan syair-syair Islam, tari ini terlihat begitu harmonis. Tari ini dibawakan dengan penuh semangat sebagai gambaran tentang interaksi kehidupan sehari-hari dan kekompakan masyarakat di Aceh.
Hal ini tercermin saat penari melakukan gerakan bertepuk tangan secara berirama serta kekompakan yang mereka tampakkan saat melakukan gerakan-gerakan yang bisa membuat para penonton yang melihatnya terkesima. Tari ini memiliki gerak tari yang harmonis dan syair-syairyang mencerminkan keharmonisan masyarakat Aceh.
Unesco
Tari Ratoeh Jaroe bukan hanya populer di kalangan masyarakat Aceh namun juga dikenal di daerah lain di Indonesia. Namun tari ini di luar Aceh seringkali dianggap sebagai Tari Saman. Ketika Tari Saman ditetapkan UNESCO sebagai daftar representatif budaya tak benda warisan manusia, maka sejak itu Tari Saman dilarang untuk dibawakan oleh kaum wanita. Tari Saman hanya boleh dibawakan oleh kaum lelaki dengan menggunakan pakaian khas Gayo.
Tari Ratoeh Jaroe adalah tari kreasi yang sangat populer. Tari ini diciptakan pada tahun 2008 oleh Khairul Anwar pada salah satu sanggar di Nanggroe Aceh Darussalam yaitu sanggar BUANA. Untuk pertama kalinya diberi nama oleh Khairul Anwar pada tahun 2011.
Tari Ratoeh Jaroe ini diolah dalam bentuk tari yang baru dengan sentuhan pengembangan koreografer yang sekarang disebut dengan Tari Ratoeh Jaroe. Tari ini memang penggabungan dari beberapa tarian asal Aceh. Mulai dari Saman, Ratoeh Doek, Likoek Puloe, Ratep Meuseukat, dan Ratoeh Bantai. Tepukan dada dari Saman misalnya, musiknya bikin sendiri, lalu ragam formasinya dari tari tradisional Aceh lainnya.
Â
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Identik dengan Perempuan
Di Aceh, Saman identik dengan laki-laki, dan Ratoeh Jaroe perempuan. Memang tidak ada aturan tertulisnya, alias hanya berdasar konsensus atau kesepakatan masyarakat. Sebabnya, Saman akrab dengan tepukan tangan dan dada. Gerakannya mau berapa lama pun hanya mengkreasikan ragam tepukan itu saja.
Khawatirnya kalau perempuan yang menarikan maka tampak tidak sopan. Jadilah, hingga kini Saman hanya boleh ditarikan para lelaki. Lain halnya dengan Ratoeh Jaroe, kebalikan dari Saman, tarian kreasi ini justru dentik dengan perempuan.
Tari Saman murni hanya diiringi tepukan tangan, dada, dan syair yang dilantunkan para penarinya. Kalau sudah ada iringan musik rapa’i sebagai pengiringnya, itu berarti Ratoeh Jaroe. Rapa’i sendiri merupakan instrumen perkusif asli Aceh yang dibuat dari bahan dasar berupa kayu dan kulit binatang. Bentuknya seperti rebana dengan warna dasar hitam dan kuning muda. Cara memainkannya dengan dipukul. Jadi, selain dari jenis kelamin yang menarikannya, Saman dan Ratoeh Jaroe berbeda dari segi musik pengiringnya
Tari Saman didendangkan melalui syair berbahasa Gayo, sedangkan Ratoeh Jaroe bersyair bahasa Aceh. Kalau Saman berkostum pakaian tradisional Gayo, yaitu baju kantong bermotif kerawang (pakaian dasar hitam dengan motif kuning, merah, dan hijau) dengan hiasan kepala menggunakan bulang teleng dengan daun kepies atau pandan. Sedangkan Ratoeh Jaroe menggunakan pakaian polos merah, kuning, hijau dan lainnya berpadu dengan songket Aceh dengan penggunaan ikat kepala berwarna polos.
Advertisement