Liputan6.com, Jakarta Pihak kepolisian harus terus mengusut pihak-pihak yang terlibat dalam inisiatif penggunaan atribut pawai TK bercadar di TK Kartika Probolinggo kontroversial. Selain itu, alasan yang dinyatakan pihak sekolah juga patut dipertanyakan. Hal ini ditegaskan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
Baca Juga
Dalam rilis yang diterima Health Liputan6.com pada Senin (20/8/2018), KPAI mengatakan bahwa kegiatan tersebut tidak bisa dibenarkan hanya dengan alasan inisiatif spontan.
Advertisement
"Kegiatan seperti ini tak bisa dibenarkan dengan alasan inisiatif yang spontan namun sesungguhnya membutuhkan persiapan yang matang sehingga dilakukan dengan sadar dan penuh tanggung jawab," ujar Ketua KPAI, Susanto.
Selain itu, KPAI juga meminta agar pihak Kodim 0820 Probolinggo sebagai pembina TK Kartika V memberikan sangsi tegas kepada pihak sekolah, yang tanpa koordinasi menggunakan atribut cadar dan replika senjata dalam karnaval tersebut.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Alasan Dipertanyakan
Penggunaan atribut yang lekat dengan kelompok ISIS dalam karnaval tersebut juga sangat disayangkan KPAI. Sehingga, Kantor Kementerian Agama Kota Probolinggo juga diminta untuk melakukan pembinaan kepada sekolah-sekolah tentang ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamiin.
"KPAI menyayangkan alasan pihak Sekolah mengangkat tema “bersama perjuangan Rasullullah, kita tingkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT” sebagai pembenaran pemakaian atribut yang biasa dilekatkan kepada kelompok ISIS padahal kegiatan yang sedang diselenggarakan adalah Pawai Budaya dalam Rangka HUT RI ke-73," tulis Susanto.
Menurutnya, pawai budaya HUT RI haruslah yang sesuai dengan khasanah budaya Indonesia.
Alasan ketersediaan barang di sekolah dan tak perlu menyewa kostum dari pihak sekolah juga dipertanyakan KPAI dan publik.
"Kok bisa sekolah menyediakan seragam cadar dalam jumlah banyak?" tambah Susanto.
Susanto mengatakan, jika pemakaian atribut tersebut diniatkan untuk hal yang serius, patut disayangkan karena di dalamnya terkandung ajaran radikalisme lewat visualisasi yang dikenakan anak.
Advertisement