Liputan6.com, Jakarta Perut buncit rupanya lebih berbahaya dibanding obesitas (kelebihan berat badan) tubuh. Perut buncit biasa dikenal dengan obesitas sentral atau obesitas perut (abdominal obesity).
Baca Juga
Advertisement
Sekretaris Indonesia Nutritional Association (INA), Saptawati Bardosono menjelaskan soal jenis obesitas. Pertama, obesitas umum, yang biasa dihitung dari berat dan tinggi badan juga indeks massa tubuh. Kedua, ada obesitas perut atau perut buncit.
"Nah, yang mana yang paling bahaya? Dua-duanya sih bahaya. Tapi lebih riskan obesitas sentral karena lemak itu berada di rongga perut. Aliran lemak dapat langsung dari rongga perut ke hati," jelas Tati, sapaan akrabnya saat ditemui di Hotel Aryaduta, Jakarta, ditulis Selasa (21/8/2018).
Lemak yang memasuki hati akan menimbulkan kolesterol. Kolesterol inilah yang sangat berbahaya. Penumpukan lemak akan terpusat di dalam perut.
"Dibandingkan sama lemak-lemak yang tersebar di tubuh (obesitas tubuh) itu jauh lebih bahaya," lanjut Tati.
Â
Â
* Update Terkini Asian Games 2018. Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Â
Simak video menarik berikut ini:
Perut buncit pasti berisi lemak
Perut buncit pasti berisi lemak dan sudah masuk kategori obesitas sentral, kecuali hamil. Untuk mengetahui, apakah Anda mengalami perut buncit atau tidak dapat diukur dari timbangan khusus.
"Ada ukurannya, lingkar perut laki-laki enggak boleh lebih dari 90 cm, sedangkan perempuan, lingkar perutnya enggak boleh lebih dari 80 cm. Kalau lebih dari itu ya sudah buncit," Tati menjelaskan.
Di sisi lain, ada juga indeks massa tubuh tinggi bukan karena lemak atau mengalami obesitas, melainkan pengaruh dari komposisi otot.
"Indeks massa tubuh kadang-kadang mengecohkan juga. Misalnya, dia berat badan tinggi, tapi bukan berat dari lemak, melainkan otot. Seperti Ade Rai itu. Komposisi otot besar. Jadi, bukan lemak yang bikin indeks massa tubuhnya tinggi," ucap Tati.
Advertisement