Sukses

Legenda Es Cincau Ijo Sayuti

Es Cincau ijo Pak Sayuti boleh dibilang sebagai legenda kuliner di Kota Bogor, Jawa Barat, memiliki rasa yang khas dan terjaga sejak tahun 1991.

Liputan6.com, Jakarta Es Cincau ijo Pak Sayuti boleh dibilang sebagai legenda kuliner di Kota Bogor, Jawa Barat, memiliki rasa yang khas dan terjaga sejak tahun 1991.

Cecep Mulyadi (24) generasi kedua yang meneruskan usaha Es cincau ijo Pak Sayuti, saat ditemui, Minggu, mengatakan, Pak Sayuti sebagai pelopor hadirnya es cincau di Kota Bogor.

"Bapak yang pertama kali membawa es cincau ijo ke Bogor, bapak hijrah dari Cianjur jualan es cincau, dulunya digotong keliling bukan menetap seperti sekarang," kata Cecep.

Cecep adalah putra bungsu dari lima bersaudara anak almarhum Sayuti. Ia bersama abangnya Ibrahim (37) meneruskan usaha jualan Es cincau ijo Pak Sayuti di Jl Siliwangi, depan asinan Gedung Dalam, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor.

Lokasi es cincau ijo Pak Sayuti berjualan tidak berada di pinggir jalan sebagaimana kita lazim melihat pedagang es cincau menjajakan di beberapa titik Jl Pajajaran Kota Bogor.

Es cincau ijo Pak Sayuti sudah menetap berjualan di area parkir sentra oleh-oleh asinan Gedung Dalam. Lokasinya agak masuk ke dalam pinggir Jl Siliwangi.

Walau lokasinya agak dipojok, tetapi Es cincau ijo Pak Sayuti memiliki peminat dan pelanggan yang sudah menjadi menetap. Ini salah satunya dikarenakan rasa khas yang dimiliki es cincau tersebut.

Menurut Cecep, walau sudah generasi kedua, mereka tetap menjaga kekhasan es cincau ijo pak Sayuti. Rasa cincaunya tetap segar, sesuai resep yang ditinggalkan almarhum Sayuti.

"Tahun 1991 bapak pernah mendapat pelatihan dari IPB, makanya merk dagang yang kami tampilkan selalu ditulis binaan IPB," katanya.

Pada tahun 1991-1992 Sayuti mendapat pelatihan melalui Pusat Penelotian dan Pengembangan Teknologi Pangan (Pusbangtepa) IPB dalam proyek makanan jalan.

Di bawah bimbingan Prof F G Winarno, Pak Sayuti mendapat binaan bagaimana cara mengolah cincau yang baik dan benar sehingga menghasilkan rasa dan khasiat yang baik untuk kesehatan, termasuk pengemasan.

"Pelatihan itu, bapak diajarkan cara pembuatan yang bersih, pengolahan yang rapi, dan tidak menggunakan bahan kimia," kata Cecep.

 

2 dari 2 halaman

Air Sumur

Salah satu resep es cincau ijo Pak Sayuti agar tetap enak dan berkhasiat adalah menggunakan daun cincau yang dipilih dengan seleksi yang baik, lalu pengolahannya menggunakan air sumur.

Menurut dia, mereka tidak bisa menggunakan air PAM atau ledeng untuk mengolah cincau, karena dapat merusak rasa maupun tekstur dan warna dari cincau.

"Khasiat cincau ini sudah diteliti dapat mengobati kanker, obat panas dalam, dan baik bagi ibu yang baru melahirkan," katanya.

Es cincau ijo Sayuti dijual dalam kemasan makan di tempat seharga Rp8.000 segelas, atau bawa pulang dengan harga Rp15.000 seberat satu kilo, bisa dikonsumsi lebih dari lima gelas.

Cincau dinikmati dengan es santan dicampur gula. Pembeli dapat memilih gula putih atau gula aren. Permintaan menggunakan gula aren datang dari konsumen yang menghindari terkena diabetes.

"Karena ada yang takut kena diabet, mereka pesan, coba pakai gula aren. Ternyata banyak juga peminatnya," kata Cecep.

Es cincau ijo Pak Sayuti satu-satunya yang menyediakan gula aren, sehingga pembeli punya alternatif rasa lain selain gula putih cair. Selain itu, Sayuti juga tidak mencapur es cincau dengan air kelapa, tetap bertahan dengan santan yang dieskan.

Es cincau ijo Pak Sayuti hanya memiliki dua cabang, yakni di Jl Sudirman depan redtor Yun-Sin, dan Sentul. Siap menerima pesanan untuk nikahan atau acara apapun.

Sayuti yang meninggal 2014, semasa hidupnya banyak melatih orang berjualan es cincau ijo. Sehingga kebanyakan yang berjualan es cincau di Kota Bogor kenal Sayuti.

Sugiharti (54) salah satu pelanggan tetap Es cincau ijo Pak Sayuti mengaku sudah berlangganan sejak lama. Rasa yang khas dan terjaga menjadi alasannya hanya membeli es cincau Sayuti.

"Rasanya beda, lebih enak dan khas dibanding es cincau yang lain. Saya kalau mau es cincau cuma beli es cincau sayuti," kata Sugiharti. (Antara/Laily Rahmawaty)