Liputan6.com, Jakarta Para pembuat kebijakan di Korea Selatan khawatir tentang masa depan ekonomi dan sosial negaranya. Hal ini terjadi karena tingkat kelahiran di Korea Selatan tengah berada di titik terendah.
Melansir New York Post, Jumat (6/9/2018), penelitian terbaru menunjukkan angka kelahiran di Korea Selatan diperkirakan turun hingga 0,96 persen pada 2018. Ini pertama kalinya ada angka nol sebelum titik desimal. Sementara, tingkat yang dibutuhkan untuk menjaga populasi tetap stabil adalah 2,1 per wanita.
Baca Juga
Angka kelahiran yang rendah diprediksi terjadi karena penduduk Korea Selatan khawatir atas biaya hidup yang tinggi. Ditambah dengan faktor banyak wanita yang fokus pada karier mereka.
Advertisement
Tren tersebut diperparah oleh memburuknya prospek pekerjaan bagi kaum muda dan harga properti yang melesat di Korea Selatan.Â
Â
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Â
Upaya Pemerintah Tidak Berhasil
Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah setempat tidak terlalu berpengaruh. Salah satunya pada 2006-2018, pemerintah meluncurkan penitipan anak gratis dan pembayaran tunai kepada ibu hamil. Sayang, kebijakan itu gagal mengangkat angka kelahiran.
"Ini mendekati tingkat bencana," ujar Lee Bong-joo dari Seoul National University pada The Guardian.
"Fokus hanya pada pengasuhan anak tidak akan efektif di masa depan, meningkatkan kesetaraan gender di rumah dan tempat kerja adalah solusi terbaik, tetapi itu akan butuh waktu," tambah Bong-joo.
Dalam sensus tahunan terbaru mereka, penduduk usia kerja (15 hingga 64 tahun) menurun sebesar 116.000 di 2017 dan menjadi 36,2 juta. Itu adalah pertama kalinya angka tersebut jatuh.
Negara tetangga, Jepang, juga tengah mengalami angka kelahiran yang rendah dalam beberapa tahun terakhir. Namun, angkanya masih lebih tinggi dari Korea Selatan.
Â
Advertisement