Â
Liputan6.com, Jakarta Menikah adalah sebuah keputusan besar dan penuh tanggung jawab. Banyak yang akhirnya memutuskan menikah atas dasar cinta. Alasan lainnya mungkin karena telah menemukan sosok pendamping hidup.
Baca Juga
Namun sayangnya, ada pula yang memutuskan menikah karena alasan-alasan yang kurang tepat. Berikut lima alasan yang salah saat memutuskan untuk menikah.
Advertisement
1. Sudah umurnya menikah
Umur tidak bisa dijadikan patokan bagi seseorang untuk menikah. Umur juga tidak pernah dapat mementukan apakah seseorang siap atau tidak untuk menikah.
Menurut psikolog klinis dewasa, Sri Juwita Kusumawardhani, tidak semua orang memiliki usia mental yang berjalan sama dengan usia kronologisnya.
"Misalnya usia 27 tahun, bisa jadi usia mentalnya di bawah atau di atas itu," ujar perempuan yang akrab disapa Wita itu, dalam talkshow "Ready to Say I Do," di Jakarta, Sabtu.
2. Durasi pacaran yang sudah terlalu lama
Wita mengatakan lamanya waktu berpacaran tidak menentukan kualitas hubungan dari pasangan tersebut.
"Kualitas dan kuantitas hubungan tidak selalu berbanding lurus, bisa jadi berbanding terbalik," kata dia.
3. Ingin lepas dari beban masalah
Banyak orang yang beranggapan bahwa menikah merupakan jalan pintas untuk terlepas dari masalah. Namun, kenyataan tidak demikian.
"Karena menikah tidak pernah jadi jawaban dari masalah. Kalau pasangan tepat tentunya akan meringankan, tapi kalau tidak tepat, pasti akan semakin berat," ujar Wita.
Melarikan diri
4. Ingin melarikan diri dari keluarga asal
Bagi seseorang yang mendapat banyak tuntutan dari keluarga, menganggap bahwa pernikahan menjadi cara agar tidak berurusan dengan orangtua.
"Bisa jadi (cara ini) berhasil, kalau kualitas hubungan dengan pasangan baik. Kalau tidak, belum tentu dia bahagia keluar dari keluarga asli," kata Wita.
5. Pasrah dengan seseorang yang kebetulan ada
Panik saat mantan pacar sudah menikah. Perasaan ini banyak memicu orang untuk segera menikah, yang menyebabkan terburu-buru dalam memilih pasangan.
Jika ini terjadi, mereka cenderung menikah dengan orang yang tidak begitu dikenalnya. Dalam situasi ini, psikolog Wita mengatakan, kebanyakan orang hanya melihat pasangan dari faktor eksternal-nya saja, seperti kemapanan.
"Padahal itu hanya bungkus faktor. Memang tidak ada pasangan 100 persen cocok, tidak ada yang ideal. Tapi, untuk sesuatu yang long lasting tidak bisa dari packaging-nya saja," ujar dia.
"Kalau kita enggak kenal dalamnya terlalu berisiko,"Â ucap dia. (Antara)
Advertisement