Liputan6.com, Jakarta Gangguan irama jantung (atrium fibrilasi) dapat menyebabkan stroke. Kondisi gangguan irama jantung berupa irama jantung tidak teratur, bisa terlalu lambat atau cepat.
Baca Juga
Advertisement
Jika gangguan irama jantung tidak tertangani, maka membahayakan. Ini karena pembuluh darah menyempit. Aliran darah yang mengalir ke otak tidak lancar. Seseorang akan terkena stroke, kelumpuhan anggota tubuh.
Dalam acara “Kabar baik bagi pasien Fibrilasi Atrium (FA) di Asia: Hasil Studi XANAP tunjukkan penggunaan Rivaroxaban Turunkan risiko stroke dan perdarahan”, dokter spesialis jantung Daniel Tanubudi menjelaskan, keberkaitan gangguan irama jantung dan stroke.
"Pada gangguan irama jantung. Irama jantung tidak beraturan. Ini terjadi karena irama jantung tidak diperintah satu sel, melainkan ada banyak sel yang memerintah," papar Daniel saat ditemui di Hotel Double Tree, Jakarta, Kamis (20/9/2018).
Akibatnya, aliran darah menjadi tidak lancar. Kemudian terbentuk bekuan darah (darah beku).
Simak video menarik berikut ini:
Bekuan darah menyumbat di pembuluh darah
Adanya bekuan darah justru akan semakin berbahaya. Bekuan darah yang terbentuk di jantung bisa mengalir menuju pembuluh darah di otak.
"Ketika bekuan darah itu sampai di pembuluh darah otak. Yang terjadi adalah bekuan darah itu tersumbat. Bagian otak tidak akan mendapat suplai darah," tambah Daniel, yang berpraktik di RS Eka Hospital.
Kondisi tersebut berujuang pada stroke, yang mana terjadi penyempitan pembuluh darah. Dalam kasus yang ditangani sehari-hari, rata-rata pasien stroke punya riwayat mengidap gangguan irama jantung.
Advertisement