Sukses

Mengantuk di Siang Hari Bisa jadi Pertanda Penyakit Ini

Mengantuk di siang hari dan terus berlanjut bisa menjadi pertanda otak dalam masalah

Liputan6.com, Jakarta Rasa lelah dan mengantuk sering dialami orang-orang di siang hari. Terutama, pada saat melakukan pekerjaan di kantor atau di rumah.

Mengantuk bisa saja timbul karena Anda yang kurang jam tidur. Namun, berhati-hatilah jika rasa kantuk di siang hari terjadi secara berlebihan.

Melansir Reader's Digest pada Selasa (25/9/2018), Anda harus segera memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami mengantuk di siang hari terus menerus. Ini bisa menjadi pertanda otak sedang mengalami masalah.

Para peneliti dari Johns Hopkins University Amerika Serikat menemukan, orang yang melaporkan bahwa dirinya mengantuk sepanjang hari, hampir tiga kali lebih rentan memiliki penumpukan beta-amyloid bertahun-tahun kemudian.

Beta-amyloid sendiri adalah sebuah protein yang terkait dengan risiko penyakit Alzheimer.

Para peneliti menganalisis data dari Baltimore Longitudinal Study of Aging. Sebuah studi jangka panjang yang mengikuti kesehatan ribuan sukarelawan sejak 1958. Selama bertahun-tahun para partisipan diberikan survei secara periodik, termasuk tentang seberapa sering mereka tidur siang, merasa mengantuk, atau tidur di siang hari.

Beberapa peserta juga melakukan pemindaian otak yang mendeteksi beta-amiloid di jaringan otak, hampir 16 tahun setelah mengisi survei.

 Saksikan juga video menarik berikut ini:

2 dari 2 halaman

Membingungkan Ilmuwan

Risiko penumpukan plak beta-amiloid ini 2,75 kali lebih tinggi pada mereka yang mengantuk di siang hari. Namun, risikonya pada mereka yang tidur siang tidak signifikan secara statistik.

Korelasi antara kantuk di siang hari dan peningkatan risiko beta-amiloid sendiri masih membingungkan para ilmuwan. Namun, hal tersebut tidak bisa diabaikan oleh para ilmuwan.

"Belum ada obat untuk penyakit Alzheimer, jadi kita harus melakukan yang terbaik untuk mencegahnya. Memprioritaskan tidur bisa menjadi salah satu cara untuk membantu mencegah atau mungkin, memperlambat kondisi ini," kata Profesor Kesehatan Mental di Sekolah Kesehatan Publik Johns Hopkins Bloomberg, Adam Spira.