Liputan6.com, Palu, Sulawesi Tengah Tim Public Service Center (PSC) 119 Sulawesi Barat dan PSC 119 Palopo tetap melakukan operasi terhadap korban gempa Palu dan Donggala, meski kesulitan listrik dan air. Kedua tim kesehatan itu termasuk tim pertama yang menembus Kota Palu melalui jalur darat.
Baca Juga
Advertisement
Kedua tim PSC 119 yang menangani korban bencana gempa Palu dan Donggala terdiri dari 1 dokter anestesi, 1 dokter bedah, 1 dokter umum, 3 perawat, dan 6 relawan.
Setibanya di Donggala, tim PSC 119 menerima laporan, ada satu korban alami trauma amputasi, trauma kepala, dan dada. Pada korban yang mengalami trauma amputasi kemudian dilakukan tindakan operasi dengan anestesi spinal.
Operasi harus tetap dilakukan walaupun tengah sulit listrik dan air di lokasi. Ini karena tim kesehatan berlomba dengan waktu. Jika dibiarkan, kondisi pasien akan berisiko lebih parah.
Sebagaimana rilis yang diterima Health Liputan6.com, Rabu (3/10/2018), dokter spesialis anestesi, Pandi, yang tergabung di tim PSC 119 mengatakan, operasi terhadap korban gempa Palu dilakukan secara manual, tensi manual, dan pengawasan manual.
"Cuci tangan pakai NaCl--cairan yang dikenal sebagai garam dapur, handscrub, dan alkohol," kata Pandi.
Simak video menarik berikut ini:
Trauma kepala dan dada
Sementara itu, korban gempa Palu yang mengalami trauma kepala dan dada dirujuk ke rumah sakit.
“Kami tiba hari Minggu, 30 September 2018. Operasional di Donggala melayani pasien sampai pukul 13.00 Wita, lalu dilanjutkan pukul 17.00 melayani pasien yang tertimpa reruntuhan,” kata Pandi.
Sebelumnya, sekitar pukul 08.00 Wita, tim PSC melakukan pelayanan di pengungsian di Mamuju Utara, dan Donggala.
Advertisement