Liputan6.com, Jakarta Inovasi pencatatan dan pelaporan skrining gangguan penglihatan di Indonesia tengah menuju berbasis sistem. Sistem ini bernama Sistem Informasi Penanggulangan Gangguan Penglihatan Nasional, yang disingkat “SIGALIH.” Diharapkan sistem ini akan terhubung dengan rumah sakit sehingga tindak lanjut terhadap pasien yang telah dirujuk dapat tertangani baik.
Baca Juga
Advertisement
SIGALIH baru akan diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan RI pada 11 Oktober 2018. Sistem ini berbasis web atau android untuk melaporkan pencatatan dan pelaporan skrining gangguan penglihatan masyarakat Indonesia yang melakukan deteksi dini mata, khususnya di Pos Pembinaan Terpadu untuk Penyakit Tidak Menular (Posbindu). Untuk memudahkan pendataan gangguan penglihatan, SIGALIH juga digunakan pada puskesmas dan rumah sakit.
Artikel terkait: Buta Mendadak Usai Tenggak Miras Oplosan
Dalam sebuah video yang diputar pada konferensi pers Hari Penglihatan Sedunia 2018 di Kementerian Kesehatan, Jakarta pada 2 Oktober 2018, petugas Posbindu mengunduh terlebih dahulu aplikasi SIGALIH pada ponsel. Kemudian pencatatan dan pelaporan hasil deteksi pasien dapat dimasukkan ke dalam sistem aplikasi.
Sosialisasi SIGALIH juga sedang dilakukan. Kehadiran SIGALIH juga meningkatkan pelayanan kesehatan mata. Para petugas dapat segera menemu-kenali gangguan penglihatan.
Artikel terkait: Lensa Kontak atau Kacamata, Mana yang Lebih Aman?
“Dengan adanya SIGALIH diharapkan dapat menemu kenali sejak dini gangguan penglihatan. SIGALIH itu aplikasi yang fungsinya sebagai database laporan gangguan penglihatan pasien,” jelas Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Anung Sugihantono.
Artikel terkait: Ini Gangguan Penglihatan yang Banyak Terjadi pada Anak
Berkat SIGALIH, posbindu dapat meningkatkan upaya pencegahan gangguan penglihatan dengan deteksi dini gangguan penglihatan, seperti mata minus, penglihatan buram, dan katarak. Pencatatan dan pelaporan gangguan penglihatan di puskesmas dan rumah sakit dapat meningkatkan informasi dan koordinasi untuk pelayanan lanjutan pasien. Sistem ini turut memberikan data gangguan penglihatan sebagai masukan pengambilan atau penerapan kebijakan.
Memperingati Hari Penglihatan Sedunia 2018 pada 9 Oktober, jurnalis Liputan6.com menayangkan tulisan khusus seputar isu kesehatan mata. Artikel ini merupakan tulisan KEDUA dari empat rangkaian tulisan. Tulisan kedua, membahas inovasi SIGALIH, sistem pencatatan dan pelaporan gangguan penglihatan berbasis web.
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
Simak video menarik berikut ini:
Belum menyasar ke seluruh Indonesia
Walaupun SIGALIH akan diluncurkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan mata bagi masyarakat, sasaran sistem aplikasi tersebut belum sepenuhnya menyasar ke seluruh Indonesia. SIGALIH masih dalam tahap proses pengembangan. Untuk saat ini, uji coba akan menyasar di lima provinsi meliputi Jawa Barat, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Maluku, dan Sumatera Selatan.
“Project akan bertahap dilakukan. Konsep SIGALIH itu belum memungkinkan (saat ini) untuk seluruh Indonesia,” Anung melanjutkan.
SIGALIH yang merupakan aplikasi dasar mencatat berbagai hal tentang kesehatan mata pasien akan membantu tenaga kesehatan dan dokter dalam mengambil tindakan penanganan mata. Untuk mendeteksi dini gangguan penglihatan, tenaga kesehatan puskesmas sudah terlatih menemu-kenali gangguan penglihatan.
Wakil Ketua Komite Mata Nasional, Aldiana Halim melanjutkan, program SIGALIH sudah mulai disosialisasikan. Rencana proses analisis dan eksekusi program mulai berlangsung tahun 2017, yang akan berlanjut sampai 2019. Kehadiran SIGALIH untuk memperkuat sisterm rujukan mencatat dan menemukan gangguan penglihatan sudah berjalan.
“Sampai tahun 2020 nanti sudah dibuat (menyasar ujicoba) ke beberapa daerah di Indonesia. Kemudian tahun 2020-2025, implementasi resmi akan dilakukan. Rencana selanjutnya, pada tahun 2050-2030, penguatan SIGALIH," Aldi, begitu dia disapa melanjutkan.
Advertisement
Sumber database nasional
Di Amerika Serikat, ada juga database untuk pencatatan kesehatan mata mengembangkan sistem Vision and Eye Health Surveillance System (VEHSS). VEHSS memanfaatkan sumber data baru dan data yang sudah ada untuk membantu pasien, profesional kesehatan, peneliti, dan pembuat kebijakan untuk memahami segala hal terkait kehilangan penglihatan, gangguan mata, dan layanan perawatan mata di Amerika Serikat.
Adanya VEHSS mempermudah akses sumber permasalahan penglihatan dari data yang disajikan menggunakan seperangkat definisi kasus dan langkah-langkah pelaporan.
Melansir laman NORC, secara keseluruhan, VEHSS akan merangkum informasi kesehatan mata dan penglihatan lebih dari 250 juta catatan pasien per tahun ke dalam tabel. Berbagai penyakit mata juga akan tercatat.
Selain mencatat database individu, VEHSS akan menggunakan metode statistik inovatif yang mengintegrasikan beberapa data untuk membuat perkiraan prevalensi kehilangan penglihatan dan kebutaan. Database VEHSS dapat mendukung penelitian yang berkelanjutan, kemajuan dalam pemberian perawatan, dan perbaikan dalam kesehatan mata secara nasional.