Liputan6.com, Jakarta Dianggap lebih aman, vape ternyata lebih buruk daripada rokok biasa. Paling tidak, hasil tersebut diungkap dalam sebuah penelitian terbaru.
Melansir New York Post, Senin (15/10/2018), penelitian di Yunani menemukan bahwa perasa di rokok elektrik seperti vape, bisa merusak paru-paru akibat peradangan.
Advertisement
Eksperimen yang dilakukan pada tikus, menunjukkan bahwa menghisap vape dalam jangka pendek saja, menyebabkan radang paru-paru yang mirip atau bahkan lebih buruk daripada rokok konvensional.
"Efek merugikan yang diamati pada paru-paru akibat paparan uap rokok elektrik, pada model hewan, menyoroti perlunya penyelidikan lebih lanjut tentang keamanan dan toksisitas dari perangkat yang berkembang pesat di seluruh dunia ini," ujar peneliti dr Constantinos Glynos.
Para peneliti melakukan percobaan mereka dengan memaparkan berbagai kelompok tikus dengan asap rokok, berbagai uap rokok elektrik, dan udara bersih selama empat kali setiap hari. Setiap sesinya dipisahkan oleh interval bebas setiap 30 menit.
Temuan yang diterbitkan di American Journal of Physiology ini memperlihatkan, baik rokok eletrik dan vape isi ulang tidak baik untuk kesehatan, dengan jangka panjang yang tidak diketahui.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Â
Memicu Inflamasi
Glynos, yang berasal dari Universitas Athena mengatakan, rokok elektrik diiklankan dengan nikotin yang lebih sedikit atau kurang berbahaya atau sebagai alat berhenti merokok terbaru.
"Temuan kami menunjukkan bahwa paparan uap rokok elektrik dapat memicu respons inflamasi dan memengaruhi mekanisme sistem pernapasan,"Â kata Glynos.
Temuan ini jelas menguatkan sebuah penelitian di Inggris pada awal tahun ini, yang juga mengatakan bahwa vape lebih berbahaya daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Ilmuwan dari Universitas Birmingham mengekstrasi sel-sel dari sampel paru-paru orang sehat yang bukan perokok, lalu memaparkannya dengan cairan dari rokok elektrik, uap terkondensasi, dan tanpa uap selama 24 jam.
Hasilnya, paparan terharap uap meningkatkan kematian sel dan produksi bahan kimia penyebab inflamasi.
Advertisement